Isabella Indrasasana merupakan anak muda yang eksis dengan langkah memperkenalkan fashion ramah lingkungan. Berawal dari keisengannya mengelola limbah kain di kediamannya, Isabella Indrasasana kini dikenal sebagai desainer dan influencer yang gencar memperkenalkan fashion ramah lingkungan.
Model, influencer sekaligus desainer, Isabella Indrasasana berbagi cerita awal mula bisa terjun ke dunia fashion. Sejak kecil, Isabella sudah akrab dengan dunia fashion.
"Dari kecil hobi saya membuat baju-baju dari kain apa pun di rumah karena orang tua saya bergerak di bidang tekstil, rumah saya selalu penuh dengan berbagai macam bahan-bahan. Dari yang jaring-jaring sampai yang berbulu," cerita Isabella Indrasasana dalam keterangannya kepada detikcom, Kamis (13/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Founder Slow Move Bazaar dan YSA Studios itu awalnya tak pernah menyangka menjadi berpengaruh. Influencer tersemat dengan sendirinya kepada Isabella Indrasasana.
"Tiba-tiba banyak yang menyukai gaya dan karya saya. Padahal awalnya saya hanya menyalurkan kreatifitas saya semata dengan bahan-bahan seadanya dirumah. Dari situlah karier saya sebagai influencer dan desainer bermula karena saya ingin mengembangkan fashion ini lebih luas, agar bisa menjangkau remaja-remaja di Indonesia," tuturnya.
Isabella Indrasasana tidak menyangka kecintaannya terhadap fashion justru disambut hangat oleh publik. Dari situ akhirnya Isabella Indrasasana mengadakan Slow Move Bazaar hingga mendirikan brand fashion sendiri, YSA Studios.
![]() |
"Inspirasi pembuatan Bazaar Slow Move selain dari limbah fashion, inspirasi dari Slowmove adalah brand saya, YSA Studios," jelasnya.
"Saya selalu kembali ke pertanyaan, 'Apa yang bisa saya lakukan atau ciptakan untuk mengembangkan YSA', dan begitulah cara saya membuat produk baru dan acara baru," tambahnya.
Melihat pencapaiannya saat ini, Isabella Indrasasana hanya bisa bersyukur. Isabella berharap masyarakat bisa semakin banyak yang mengadaptasi budaya slow move seperti yang dia gaungkan selama ini.
"Sukses bagi saya adalah bisa tetap bersyukur setiap hari bahkan saat melalui kesulitan dan rintangan," ungkapnya.
"Dalam 10 tahun saya bisa membayangkan dunia ini mengadaptasi budaya slow move demi kelestarian lingkungan. Ini bukan tentang pertumbuhan pribadi saya, tetapi tentang bagaimana budaya slow move ini dapat memengaruhi dunia dan generasi masa depan yang akan menjaga planet yang kita miliki saat ini," harap Isabella Indrasasana.
(pus/dar)