Selain Patricia Gouw, artis yang juga jadi korban investasi bodong KSP Indosurya adalah Anya Dwinov. Uang Rp 5 miliar Anya Dwinov sampai saat ini belum dikembalikan sesuai perjanjian.
Anya Dwinov awalnya sama sekali tidak menyangka KSP Indosurya mengalami gagal bayar dan tak bisa mengembalikan uang ke nasabah. Sejak 2018 sampai 2020, uang Anya Dwinov sudah ada Rp 5 miliar dalam bentuk deposito di KSP Indosurya.
Sampai akhirnya pada Mei 2020 Anya Dwinov dan korban yang lainnya diundang ke kantor pusat Indosurya di Kuningan, Jakarta Selatan. Bukan diskusi, mereka diundang untuk mendengarkan keputusan yang dibuat KSP Indosurya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mei-nya kita di undang ke kantor pusat mereka di Kuningan. Di sana mikirnya kita mau diskusi bagaimana caranya mengembalikan uang kita nih. Ternyata nggak, di sana kita kayak dimasukin ke ruang guru, di sana kita dikasih pemaparan, 'Nih ya Anda semua yang punya saldo sekian-sekian begini cara kita mengembalikannya nanti. Anda punya saldo sekian sampai sekian begini cara pengembaliannya'," jelas Anya Dwinov di kawasan Transmedia, Jakarta Selatan.
"Jadi nggak ada diskusi, nggak ada apakah kita setuju dengan pola mereka mengembalikannya, skemanya, nggak ada. Ya sudah, kalau terima hari ini terima tanda tangan nota kesepakatan, kalau nggak ya udah," bebernya.
Anya Dwinov ikut menandatangani nota kesepakatan cara pengembalian dana yang diajukan oleh KSP Indosurya. Ketika itu Anya Dwinov sepakat dengan Indosurya yang janji akan mencicil kerugiannya selama 10 tahun dengan 120 kali bayar.
"Saya ada Rp 5 miliar maka saya sepakat pengembalian dicicil selama 10 tahun dengan 120 kali dengan total Rp 43,250,000," terang Aya Dwinov.
Akan tetapi, jumlah transferan yang sampai sejak Januari 2021, nilainya tak sesuai dengan yang dijanjikan. Bahkan pembayaran penggantian tersebut hanya terjadi sampai bulan April 2021 dengan nominal transfer yang makin berkurang.
"Kenyataannya yang berlaku cicilan pertama masuk Januari 2021. Saat Januari, dari Rp 43 juta hanya ditransfer Rp 1,5 juta. Februari ditransfer Rp 500 ribu, Maret Rp 500 ribu lagi, April Rp 400 ribu, Mei dan seterusnya tidak ada transferan apa-apa," ujar Anya Dwinov.
"Total Rp 2,9 juta (yang dikembalikan) dari Rp 5 miliar," tukasnya.
(pus/dar)