"Tinggal di Blok M, sempat tidur di tempat sampah. Sempat dikasih pisau sama preman dan gembel untuk beraksi, tapi saya pikir nggak deh. Waktu menggelandang saya nyambi bantu-batu cuci piring di warung makan, saya jadi office boy juga. Kemudian saya tanya-tanya di sekitaran Blok M ini ada nggak ibu-ibu yang butuh pembantu rumah tangga. Ternyata ada, di daerah Kebayoran, ditanya kamu bisa apa? Saya jawab, bisa semua; nyapu, ngepel, cuci baju. Terakhir ditanya bisa momong anak nggak. Saya jawab, bisa. ibu ini punya anak penyandang disabilitas, dia mengidap polio. Jadi, kemana-mana harus digendong."
Seto Mulyadi menjadi Kak Seto usai pertemuannya dengan Bu Kasur pada 1970. Menurut ingatan pria 71 tahun itu, Di Taman Situ Lembang, Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, 4 April 1970, jam 16.00 WIB, Kak Seto resmi lahir diiringi tepuk tangan ibu-ibu yang menemani anaknya belajar dan bermain dengan Bu Kasur. Sejak saat itu sampai 1975, Kak Seto dan Bu Kasur kemudian menjelma menjadi sosok yang mungkin saja paling diidolakan anak-anak saat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyambi kuliah di Jurusan Psikologi UI mulai dari 1972, pada 1975, Kak Seto kemudian mendirikan tempat bermain anak-anak di Taman Ria Senayan bernama Istana Taman Kanak-kanak.
![]() |
"Kalo Bu Kasur membuat Kebun Anak-anak, saya bikin Istana Taman Kanak-kanak Karena saya anggap anak-anak seperti ratu dan raja. Saya bangun istana supaya anak-anak bisa berkreasi, bergembira dan tidak penuh tekanan. Salah satu murid saya waktu itu ketika ketemu saat dewasa terjadi beliau jadi istri kepala BKKBN," ceritanya.
"Saat saya kuliah itu saya masih jadi pembantu rumah tangga. Sampai di rumah ada surat dari TVRI diminta jadi pengasuh Aneka Ria Taman Kanak-kanak yang kemudian populer sama Kak Henny Purwonegoro," sambungnya lagi.
![]() |
Memasuki era baru di tahun 90, Kak Seto diminta untuk mengisi program miliknya sendiri di stasiun televisi TPI. Di situ lah, dia mendongengkan Si Komo yang populer sampai hari ini.
Setelah Kak Seto lahir secara resmi, the rest is history. Dirinya dikenal baik sebagai psikolog anak, pemilik sekolah, pemilik Yayasan Mutiara Indonesia, Yayasan Nakula Sadewa, Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia dan banyak penghargaan lainnya. Namanya bahkan terus dikenal sampai hari ini jika bicara soal kejadian-kejadian yang melukai anak Indonesia.
(mif/nu2)