"Ketika sore saya sampai di situ, banyak anak-anak. Kemudian beliau mengenalkan diri saya, 'ibu-ibu, sekarang saya punya asisten calon mahasiswa UI, kita panggil dia Kak Seto'. Ibu-ibu tepuk tangan, saya langsung diminta bantu-bantu. Ketika nama saya disebut, saya ingat ada jam dan tepat jam 4 sore. Seminggu dua kali kumpul di situ, terus berkembang sampai dipercaya dari tahun 70 bulan April sampai Agustus tahun 75," Kak Seto mengenang setiap detail momen tersebut.
Kak Seto berulang kali gagal mendapatkan jurusan kuliah yang diinginkannya, yaitu kedokteran. UNAIR (Surabaya), UGM (Yogyakarta), UNDIP (Semarang), UI (Depok), adalah deretan kampus yang menolaknya. Karena nasehat Keluarga Bu Kasur akhirnya Kak Seto berdamai dan sepakat mengambil jurusan psikologi dan tentu saja diterima. Di periode masa kuliah ini dia diundang oleh satu-satunya stasiun televisi zaman itu, TVRI untuk mengisi program Aneka Ria Taman Kanak-kanak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat saya kuliah itu, saya masih jadi pembantu rumah tangga. Sampai di rumah ada surat dari TVRI diminta jadi pengasuh Aneka Ria Taman Kanak-kanak yang kemudian populer sama Kak Henny Purwonegoro," ceritanya.
![]() |
Di fase hidup Kak Seto ini lah lahir karakter fiksi yang dikenal sampai sekarang, Si Komo. Berangkat dari keresahaannya terhadap karakter dan sosok Si Kancil yang dinilai nakal dan suka mencuri. Ayah dari empat anak kandung itu mengarang Si Komo dari satu-satunya hewan yang berasal dari Indonesia, Komodo.
Karena Si Komo ini juga, Kak Seto diminta Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut, putri pertama Soeharto untuk mengisi program anak-anak di stasiun televisi miliknya, TPI, kala itu. Tidak hanya Mbak Tutut, tapi ternyata membuat Kak Seto dimintai keterangan oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) karena selentingan yang menyebutkan Si Komo ditujukan untuk menyindir presiden yang berkuasa saat itu, Soeharto.
![]() |
"Saya dipanggil Paspampres, dimintai keterangan, benar nggak menyindir Pak Harto. Saya jawab, 'lho ini yang mempopulerkan TPI, televisinya Mbak Tutut, nggak mungkin dong saya kemudian mengejek bapak presiden yang juga keluarganya Mbak Tutut. Kebetulan saja orang-orang mengaitkan. Anak saya yang pertama ini (Minuk Eka Putri Duta Sari), yang memberi nama Pak Harto. Kami sudah dekat dengan keluarga beliau," sanggah Kak Seto dengan raut wajah yang serius.
Di rumahnya, tepatnya di ruangan tempat dia menerima konsultasi dari para klien, yang sepintas terlihat seperti museum dengan seluruh pajangan prestasi miliknya, Kak Seto berbagi lebih dalam atas cerita-cerita miliknya. Dia tidak lagi terlihat sebagai seorang kakak, tapi kakek yang berdongeng pada cucu-cucunya, tentang bagaimana dia berdemonstrasi di masa kuliah, kisah cintanya dan tujuan akhir dari hidupnya. Selengkapnya hanya di detikHOT.
(mif/nu2)