Yuni Shara, I'm Every Woman

Hot Questions

Yuni Shara, I'm Every Woman

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Kamis, 14 Jul 2022 07:32 WIB
Jakarta -

Dalam periode wawancara ini, Yuni Shara telah mencapai usia emas dengan sebaik-baiknya. Matang secara pemikiran, kebijaksanaan dan tentu saja seperti yang diakui semua orang, kecantikan. Sedangkan menurut penelitian, menyatakan bahwa usia 50 tahun adalah tahun terbaik bagi seseorang.

Soal musik, rasanya Yuni Shara sudah usai untuk membuktikan bahwa dia adalah salah satu yang terbaik sepanjang tiga dekade terakhir. Tak hanya bagi mereka generasi ketika lagu Mengapa Tiada Maaf dirilis dan meraih empat kali Platinum, tapi juga bagi musisi hari ini. Contohnya Vidi Aldiano begitu mengagumi dan mendambakan kolaborasi dengannya. Di bagian ini mari kita semogakan bersama agar terjadi.

Itu mengapa, sepanjang wawancara detikHOT mencoba menggali isi lain dari pikiran Yuni Shara, dari lapisan yang lebih dalam. Berbicara soal keberdayaan tiada batas untuk perempuan, hubungannya tiga saudaranya, soal cinta pada lawan jenis yang belum ditemukannya selama 14 tahun terakhir menjanda sampai tentang Pancasila.

Yuni SharaYuni Shara Foto: Grandyos Zafna


Sesuai urutannya, tulisan ini akan bersusah-payah merangkum dengan singkat penuturannya yang panjang, tentang bagaimana pandangan Yuni Shara atas kaumnya sendiri. Di mata perempuan kelahiran 3 Juni itu, perempuan merupakan manusia super yang serba bisa secara teknis maupun mental tiada akhir, tanpa batas waktu.

"Perempuan itu terlahir untuk multitasking, misalnya ibu-ibu itu bisa sambil menyusui sambil baca, sambil ngapain lagi, itu bisa dilakukan perempuan dalam waktu yang bersamaan. Dia punya manajemen waktu yang lebih baik daripada pria. Artinya pagi itu dari bangun tidur dia mau ngurusin anak dulu, atau dia mau beres-beres dirinya dulu, atau ngurusin suami, itu dia bisa melakukan Selain multitasking dia juga punya manajemen waktu yang baik untuk mengatur perusahaan-perusahaan yang namanya rumah tangga."

"Perempuan itu juga harus kuat, dia dituntut untuk melanjutkan generasi berikutnya, terus kalau tidak ada generasi, dia jadi dicemooh. Perempuan itu sosok yang penting tapi kadang dianggap nggak penting dan disepelekan dalam beberapa hal, tapi kalau nggak ada perempuan yang detail-detail juga nggak terurus. Perempuan itu diwujudkan menjadi sosok yang serba menguasai banyak hal, tapi kalau dia nggak bisa satu hal aja, kekurangannya itu menjadi kesalahan dan menutup semua kebaikannya."

Yuni SharaYuni Shara Foto: Grandyos Zafna


Apa yang dikatakan Yuni bukan hal yang tak dia lakukan. Dia pun menjalani peran sebagai perempuan yang serba bisa, dimulai saat dirinya masih menjadi anak sampai kini seorang ibu.

"Sebagai anak waktu itu terlahir sudah membantu ibu setelah sekolah. Setelah periode itu, bekerja, setelahnya menikah. Setelah menikah punya anak, punya anak tetap harus bekerja juga, ngurusin suami juga, melanjutkan ini dan itu. Sampai seberapa kuat? Ya harus sekuat itu, air mata dan darah, tidak ada ujungnya. Kamu pasti ngerasain, di rumah kalau ibu lagi sakit itu rumah juga layu. Makanya kalau saya lihat perempuan malas itu, bertanya-tanya. Kalau saya nggak bisa, pagi bangun dari tempat tidur dalam posisi tempat tidur sudah rapi, nanti malam lagi baru aku di situ lagi, kecuali memang lagi sakit.

Bicara pekerjaan, pemilik nama asli Wahyu Setyaning Budi itu tercatat aktif di beberapa hal. Menyanyi tentu saja masih dilakoni. Selain itu, ada jualan barang-barang fashion secara online, termasuk barang bekas milik pribadinya. Serta pekerjaan kantoran yang enggan dia jelaskan. Belumkah Yuni lelah dengan semua itu?

"Aku nggak berani ngomong capek, karena kita itu dulu susah banget hidupnya, dan melalui tahap itu kita ingin di titik sekarang, hal yang pernah kita impikan dulu. Masa pada saat di sini mau bilang capek, nanti di-stop lagi sama Tuhan. Kalau lagi terasa capek, lagi banyak keluhan-keluhan, ngomongnya ke sajadah aja deh, atau ke psikolog juga nggak apa-apa untuk sekadar berkeluh kesah merilis masalah."

Tanpa melupakan, cerita perempuan pada paragraf di atas juga seorang ibu bagi dua anak laki-laki yang kini sudah remaja, Cavin Obient Salomo Siahaan (20) dan Cello Obient Siahaan (18). Perannya juga berlipat ganda mengingat dia pun orangtua tunggal selama 14 tahun terakhir.

"Sekarang yang di Jakarta tinggal Cello, kalau Cavin sekolah ke luar negeri. Jadi mereka pun bilang ke aku, kok kita udah sebesar ini aja masih diurusin, ya karena memang nggak ada batasnya. Aku ke mereka itu paling minimal disempetin banget makan siang bareng. "

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuni SharaYuni Shara Foto: Grandyos Zafna


Tidak cukup hanya itu, bagi teman-teman anaknya, pelantun hits 50 Tahun Lagi itu juga menjadi sosok ibu. "Kan banyak anak yang tidak suka ngobrol sama orangtuanya, lebih suka ngobrol sama orang lain. Aku belajar juga berteman sama anakku dan teman-temannya. Temannya anak-anak sekarang kalau curhat ke aku."

Jika kalian berpikir bahwa Yuni Shara ketinggalan zaman soal tren, sepenuhnya salah. Sunflower dari Rex Orange County cukup sering menemani hari-harinya kini. Tulisan ini pun dibuat dengan iringan lagu-lagu dari grup asal Norwegia yang lagi disukainya, Boy Pablo.


Kembali ke peran ibu, Yuni Shara melebarkan lagi pelukannya lewat sebuah institusi pendidikan anak usia dini bernama Permata Cahaya Abadi yang terletak di Batu, Malang, Jawa Timur. Sepanjang 11 tahun, dirinya ngemong anak-anak dalam format penitipan atau daycare, playgroup dan Taman Kanak-kanak.

"Kalau di Batu itu awalnya ada sekolah mau ambruk aku ambil, terus aku ngontrak rumah. Sekarang di tahun ke-11 baru punya gedung sendiri nih, Alhamdulillah. Sekarang sekolah ini sudah Akreditasi A, aku menerapkan belajar dan bermain."

Bahkan di tengah kesibukannya, setidaknya dua kali dalam setahun dia masih mengunjungi anak muridnya itu. "Biasanya ke sana itu tiap Hari Kartini dan 17 Agustus."

Yuni SharaYuni Shara Foto: Grandyos Zafna


Yuni tidak punya banyak alasan mengapa dia memutuskan untuk memiliki sekolah. Dalam pikirannya, sudah sepantasnya, anak-anak dapat bersekolah apapun kondisi dan latar belakang anak tersebut.

"Orang-orang sudah mulai sadar bahwa sebagai anak-anak adalah penerusnya, itu kenapa mereka harus bersekolah. Dan selalu, kalau lihat anak kecil yang ditanya dia sekolah kelas berapa, sekolahnya di mana, bagaimana. Aku mau setiap anak itu punya jawaban atas itu. Kamu bayangin kalau anak kecil ditanya, dia nggak punya jawaban itu apa rasanya? Kita nggak usah ngomongin sekolah yang lebih bagus atau tidak, itu belakangan. Sama-sama sekolah aja deh dulu."

Dari buah pikirannya itu, tidak heran kalau sulung dari tiga bersaudara ini pun aktif, lagi-lagi sebagai perempuan dan sosok ibu bagi anak-anak jalanan. Dari mulai mendampingi seorang anak wisuda, sampai mengikutsertakan mereka dalam ajang Street Child World Cup, sebuah ajang pertandingan sepak bola empat tahunan, layaknya Piala Dunia, khusus bagi anak-anak jalanan.

"Anak jalanan itu awalnya tuh karena aku sering ikut ngurusin banjir sama komunitas dan relawan. Nah suatu saat diajak untuk terlibat lebih jauh, ternyata mereka itu juga mengajar untuk anak-anak di bawah kolong jembatan, panti asuhan. Aku ngajar anak-anaknya, sekaligus bikin pelatihan juga buat ibu-ibunya, misalnya daur ulang sampah bikin sesuatu untuk dijual. Aku bilang bahwa kalian harus kerja kalau mau punya, jangan karena musibah jadi hanya menunggu uluran tangan saja."

Dalam kejuaraan Street Child World Cup, pada 2014 di Brasil, pemain Indonesia diganjar gelar Pemain Terbaik Dunia. Sedangkan pada 2018 di Rusia, Indonesia menyumbangkan gelar Kiper Terbaik Sedunia. Ada cerita lucu yang masih diingat Yuni Shara terkait dengan dirinya menjadi ibu bagi anak jalan sekaligus Pemain Terbaik Dunia Street Child World Cup.

Yuni SharaYuni Shara Foto: Grandyos Zafna


"Jadi, aku diminta untuk nemenin salah satu anak, namanya Oyon untuk wisuda. Orangtuanya nggak bisa nemenin karena harus jualan. Sampai sekolah kaget dong kok ada Yuni Shara, ternyata Yuni Shara jadi walinya Oyon. Di momen itu aku cerita kalau Oyon ini adalah pemain sepak bola anak-anak jalanan dan pernah jadi yang terbaik di dunia. Satu sekolah itu kaget, pada nganga semua. Gara-gara itu juga, aula acara yang tadinya khidmat jadi pecah."

Mengacu pada judul tulisan yang berangkat dari lagu Chaka Khan tahun 1978, Yuni Shara tuntas menjadi segalanya dalam perwujudan perempuan. Seperti tertuang dalam lirik I'm Every Woman, "Whatever you want, whatever you need. Anything you want done baby, I'll do it naturally. 'Cause I'm every woman. It's all in me, it's all in me."

Tidak terlepas saat dirinya juga harus berperan sebagai sulung dari tiga bersaudara, yang semuanya perempuan. Bagaimana cerita sisterhood Yuni Shara? Jika dirinya sebagai perempuan dianggap panutan, bagaimana soal ruang cinta di hatinya, apakah yang dia akan cari lagi? Ikuti terus hanya di detikHOT.


Hide Ads