Lorong Waktu Deddy Mizwar

Hot Questions

Lorong Waktu Deddy Mizwar

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Rabu, 29 Jun 2022 11:43 WIB

"Karena pada dasarnya, setiap orang mencari Tuhannya masing-masing. Akan selesai kalau dia mati. Setiap orang begitu, dari generasi ke generasi. Coba renungkan, ada impian mau punya mobil mewah, kepikiran siang-malam, jadi Tuhan kita itu mobil. Begitu dapet mobil, biasa aja. Awalnya Tuhan jadi bukan Tuhan. Popularitas jadi Tuhan kita, mati-matian bikin konten begini-begitu. Setelah dapat? Kayaknya nggak membahagiakan kita juga, biasa aja. Proses mencari Tuhan yang sesungguhnya mestinya jalan ke sana, karena pada dasarnya manusia itu 'hanif', yaitu cenderung berbuat baik. Dia dilahirkan dengan komitmen menyembah Tuhannya, bukan menyembah selain Tuhannya. Apa yang buruk belum tentu selamanya buruk. Yang baik belum tentu selamanya baik. Mungkin juga kadang kejeblos jadi buruk. Itulah proses pencarian Tuhan, turun-naik."

Di kantor rumah produksi miliknya, Citra Sinema, Kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Deddy berhenti sejenak. Meneguk air putih, membakar rokok herbal miliknya, lalu kemudian lanjut bercerita. Kali ini keresahannya tentang pemerintah. Mungkin terdengar klise bagi sebagian orang, akan tetapi, untuk seorang aktor, produser dan sutradara yang sudah berkarir selama 46 tahun, terlibat di lebih dari 50 judul film panjang, lebih dari 16 serial dan puluhan penghargaan terbaik, kekecewaan itu benar adanya. Ya, bisa saja sekarang sudah berubah menjadi kejengkelan, atau mungkin kerelaan.

"Film itu ada pemerintah yang urus atau nggak, ya dia tetap ada. Pemerintah nggak urus, dia bakal hidup terus. Sekarang nggak diurus, sudah bagus. Kalau diurus? Jauh lebih bagus. Kalau di beberapa negara maju lebih diurus, kayak Korea, India, Amerika. Di Indonesia belum? Nggak masalah. Inilah wajah kita. Pemerintah itu ekspresi wajah kita, gambaran wajah kita, pemerintah sekarang ya wajah kita. Dia rusak ya wajah kita yang rusak, yang milih kita. Apapun yang terjadi film, kita jalan saja. Nanti kan mereka yang bertanggung jawab atas amanah yang didapatkan, jangan sampai menangis. Makanya kita ingatkan lewat film-film kita, harus menciptakan sebuah inspirasi buat orang untuk lebih baik. Jangan inspirasi buat lebih jahat."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

deddy mizwardeddy mizwar Foto: Rifky/detikHot

Terdengar politis, opung, apakah memang begitu?

Setiap teguk air yang kita minum, nasi yang kita suap setiap hari, itu keberadaanya ditentukan oleh yang membuat kebijakan politik. Jadi kalau kita berkontribusi pada urusan politik yang lebih baik kan nggak apa-apa. Karena politik juga ilmu yang Allah ciptakan, bukan setan yang ciptakan, tapi banyak setan yang menggunakan. Politik itu tidak salah, manusia yang menggunakannya yang bisa salah tapi bisa juga benar. Nabi juga menggunakan ilmu politik. Tapi menggunakan ilmu politik yang benar. Kita harus berpolitik, tanpa harus menjadi pejabat publik. Tapi, politik yang benar."

ADVERTISEMENT

detikHOT kemudian menanyakan, adakah keputusan yang dia sesali dan ingin diubah di masa lalu? Atau setidaknya, jika lorong waktu itu benar ada seperti karangannya, apa yang Deddy Mizwar 67 tahun hari ini, ingin sampaikan pada Deddy Mizwar di masa muda?

"Tidak perlu ada yang kita sesali, tapi banyak perlu yang kita perbaiki. Karena masa lalu nggak bisa diubah. Apakah sekarang sudah baik? Mungkin lebih baik tapi belum baik. Karena kebaikan harus terus dilakukan apapun yang terjadi. Nabi Muhammad SAW yang sudah dijamin surga, salatnya lebih lama dari kita. Makanya, endgame dan impian semua orang beriman adalah Husnul Khatimah nggak ada yang lebih dari itu. Nggak perlu dikenang-kenang sama manusia, tapi barangkali dicintai makhluk-makhluk langit."


(mif/nu2)

Hide Ads