.webp)
Pihak Tamara Bleszynski mengatakan pengurus hotel Bukit Indah Puncak merasa jika peninggalan ayahnya itu kerap merugi. Sehingga hotel itu ingin dijadikan surat utang.
Padahal Tamara Bleszynski merasa hotel itu tak merugi sepanjang tahun. Sehingga dia melihat adanya kejanggalan dalam pengelolaan hotel itu, dan memilih membawa masalah ini ke jalur hukum.
"Oh ya jelas pada saat kami melihat banyak sekali kejanggalan-kejanggalan. Justru itulah kami merumuskan dibentuk suatu bentuk hukum untuk dilanjutkan ke proses litigasi, proses hukum lanjutan karena banyak sekali kejanggalan. Contoh kejanggalan yang paling jelas, pada saat kita bertanya perusahaan ini kok rugi? Selama pandemi rugi? Yes betul. Tapi kan pandemi hanya 2 tahun," kata Pengacara Tamara Bleszynski, Djohansyah di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djohansyah menambahkan hotel itu juga tumbuh baik. Huniannya pun cukup baik termasuk secara fisik.
"Bagaimana dengan tahun-tahun sebelumnya? Saya rasa kita bisa lihat bahwa hotel itu bertumbuh cukup baik secara fisik dan tingkat huniannya cukup baik," katanya.
Sehingga pihak Tamara Bleszynski merasa tak sepanjang tahun mengalami kerugian. Pasti ada untung di beberapa tahun.
"Jadi saya pikir laporan keuangan itu tidak bisa di akumulasi 19 tahun. Itu dibuka, ditutup setiap tahun. Mungkin ada tahun yang untung, mungkin juga ada yang rugi. Ini yang lagi diuji," papar Djohansyah.
Disinggung kepada Tamara apakah saat diminta tanda tangan apakah ada paksaan dari pengelola hotel. Rupanya Tamara Bleszynski mengaku kaget.
"Saya cukup kaget mereka datang karena saya tidak pernah dilibatkan, selalu rugi. Ketika didatengin saya bingung nominal segitu jaminannya satu hotel yg besar. Untuk itu langsung saya hubungi bang Djohan bagaimana saya mesti bersikap," pungkasnya Tamara Bleszynski.
(fbr/wes)
