Nama Adri Marto terdengar belum dapat berdiri sendiri lepas dari embel-embel putra Gubernur Bank Indonesia 2013-2018, Agus Martowardojo. Padahal, sejak usia 13 tahun di Australia, pemilik nama lengkap Adri Martowardojo itu, sudah berdiri mandiri dan penuh visi.
Di area golf di Kawasan Halim, Jakarta Timur, Adri Marto bercerita kepada detikHOT tentang banyak hal dari hidupnya. Seperti apa dia dibesarkan, merantau ke Australia selama kurang lebih 10 tahun, pandangannya atas privilese dan kemandirian, serta visi paling besar dari dirinya, menjadi agent of change.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adri Marto kecil merantau ke tengah hutan di negeri kanguru, tepatnya di daerah Victoria untuk menempuh Pendidikan di boarding school jenjang SMP dan SMA. Jauh dari keluarga dengan tuntutan kemandirian penuh. Minim hiburan dan komunikasi, kecuali surat-menyurat. Sebagai babak lanjutan, Adri Marto berkuliah ke Deakin University di Melbourne, mengambil jurusan International Trade. Hingga kepulangannya lagi ke Indonesia pada usia 23 tahun.
![]() |
"Waktu itu kita di-expose ke kondisi yang cukup ekstrem. Konsepnya, lo kalo bisa survive di hutan, di kota harusnya bisa survive lah. That's the idea. Kita mau komunikasi dengan dunia luar harus tulis surat, jadi toleransi kita akan kondisi yang tidak nyaman semakin tinggi, akhirnya mandirinya, beraninya, terbentuk di situ," buka Adri.
Di tanah kelahiran, Adri bekerja di PT. Astra International selama 12 tahun. Merasakan perjalanan menaiki anak tangga demi anak anak tangga.
"Waktu itu masuk ke Astra International, dari bawah posisinya sebagai analis, dikirim ke pelabuhan. Dulu KPI-nya kalau nggak item kulitnya, belum kerja namanya. Ngurusin 'burhan', buruh pelabuhan." kenangnya sembari tertawa.
"Terakhir-terakhir saya di tempatkan di Hong Kong selama dua tahun di Jardine Matheson sebagai Manager dan akhirnya menjadi Vice President di Federal International Finance salah satu anak perusahaannya," tambah Adri.
"Sekarang saya kerja bisa dibilang di-unicorn-nya natural resources, Namanya PT. MMS Group Indonesia. It's a very dynamic company, up and coming dan semoga bisa bawa banyak perubahan ke Indonesia lah di organisasi ini. Inti usahanya di sumber daya alam, tapi kita saat ini dalam proses diversifikasi ke sesuatu yang lebih sustainable, lebih value creating ke depannya," sambungnya lagi.
![]() |
Lewat perjalanan kariernya, pria yang genap berusia 36 tahun pada April besok itu kemudian memiliki visi tersendiri yang dia tanamkan pada dirinya. Yaitu, menjadi pendorong dari berbagai perubahan baik dalam hidup dan sekitarnya, khususnya dalam bidang energi dan lingkungan.
"Perubahan itu terjadi semakin cepat, crisis semakin sering, recovery semakin lama, jadi kita harus stay up to date dan kalau kita nggak bawa perubahan, nantinya kita yang harus menyesuaikan sama perubahan itu. Jadi, being ahead of the curve is important, salah satunya dengan membawa perubahan di mana kita mengkontribusikan waktu kita. Bicara teknologi saya kebetulan menjadi adviser di beberapa technology companies. Saya juga aktif sebagai pengurus di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI). Melalui platform itu lah harapannya kita bisa membawa perubahan dalam skala yang lebih besar."
"Di bidang energi, kita ini lagi di suatu masa transisi yang cukup besar, namanya transisi energi. Karena kalo kita lihat forum internasional, maupun di Indonesia kita semua sedang mempersiapkan diri untuk sesuatu yang lebih sustainable melalui berbagai mekanisme. Ada namanya Carbon Trading, ada Clean Development Mechanism dan banyak inisiatif lain yang dilakukan swasta dan pemerintah untuk mencapai ke sana."
![]() |
"Kalau banyak anak muda sekarang ngomongin teknologi, investment, start-up, ya itu menarik. It creates a lot of new job opportunity. Tapi kalau kita ngomong energy transition ini dampaknya jauh lebih besar sebenarnya, sesuatu yang akan mengubah dunia ke depannya."
Kata 'perubahan' masih terus keluar dari pikiran dan mulutnya saat sulung dari dua bersaudara ini bicara politik. Dia meyakini, berkecimpung di dunia politik adalah salah satu kendaraan untuk mewujudkan perubahan itu sendiri. Walaupun di antara sejumlah lamaran, belum ada yang diterimanya untuk saat ini.
"My personal view about politics, menarik, memang itu kendaraan buat perubahan, Kembali lagi, kendaraan, tapi supirnya siapa? Kan kita menyiapkan diri menjadi supir yang lebih penting. Saat ini saya posisinya lebih untuk menyiapkan diri bukan untuk politik saja, tapi untuk banyak hal yang lain ke depannya. Nggak hanya pemahaman akan masalah tapi juga memilih solusi yang tepat itu penting sih. Beberapa ada yang approach, tapi not anytime soon lah, mungkin di usia 40 tahun, masih ada banyak waktu," ujarnya sembari tersenyum.
Tidak mencoba memungkiri, ambisi Adri Marto didukung dengan privilese yang dia miliki. Akan tetapi, apakah cukup hanya dengan itu?
"My parents are professional; it runs down in the family. I have a brother, he's a professional juga kerja di bank. Saya kerja di environment yang dituntut menjadi seorang profesional, ada certain code of conduct dan corporate governance yang harus dijaga. Saya sampai sekarang masih punya atasan. I need to proof myself, why not sekarang kita buktikan dulu kita bisa memuaskan ekspektasi orang, perusahaan, ke depan dengan kepercayaan, banyak kesempatan yang terbuka," jawabnya tegas.
Itu mengapa, nama besar keluarganya, atau sepak terjang sang ayah sama sekali tidak membebaninya. Karena, sejak usianya yang ke-13, dia sudah berjalan sendiri, dengan kebebasan yang diberikan, menentukan jalan hidup yang dia pilih.
"Bokap lebih konvensional dan pragmatis sebenarnya, dia lebih defending the core, saya lebih terbuka sama perubahan. Soal nama besarnya, awalnya saya coba untuk breakout from that tapi at the end of the day saya cukup bersyukur dan percaya diri dengan apa yang sudah saya capai. Jadi, I think we are on different path aja, industri saya dan bokap kan benar-benar beda. Sekarang, Adri ya Adri yang independen, berdiri dengan kakinya sendiri dan nggak membebani orang," tuturnya.
![]() |
Dengan latar belakang hamparan lapangan golf yang hijau, Adri Martowardojo kemudian memberikan kesimpulan untuk ceritanya.
"At the end of the day kalau orang tau, oh this guy is independent, doing things on his own. Ada privileges when he was young, but so what? Banyak orang ada privileges but they don't go anywhere juga kan?" tandas Adri.
Kepada detikHOT, Adri juga bernostalgia sedikit atas cerita masa mudanya, pergaulan dan tren hari ini. Kita juga akan ngobrol tentang kehidupannya setelah pernikahan yang dilangsungkan pada 14 Desember 2019 lalu. Simak selengkapnya, hanya di detikHOT
(mif/nu2)