Suara Abadi Idang Rasjidi

Round Up

Suara Abadi Idang Rasjidi

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Senin, 06 Des 2021 05:30 WIB
Idang Rasjidi di Java Jazz 2016 hari ketiga.
Suara Abadi Idang Rasjidi. (Foto: Asep Syaifullah/detikHOT)
Jakarta -

Musisi jazz kenamaan Idang Rasjidi meninggal dunia tadi malam, Sabtu, 4 November 2021, di Rumah Sakit Azra pukul 23.35 WIB pada usia 63 tahun. Kini, nada piano dan bunyi-bunyian alat musik yang ditiru dari mulutnya, tak terdengar lagi dari atas panggung.

Bisa dikatakan Idang Rasjidi menjalani karier bermusiknya di era keemasan Indonesia. Dia bertemu Abadi Soesman, musisi tersohor serba bisa yang bisa dikatakan sebagai pembuka jalannya. Pertemuan itu kemudian membawa Idang bertemu deretan nama-nama besar seperti Ireng Maulana, Kibound Maulana, Benny Mustapha, Benny Likumahuwa, Embong Rahardjo, Tito Sumarsono, Jopie Item, Candra Darusman, pun Indra Lesmana.

Sejumlah proyek grup musik sempat dikerjakan pria kelahiran Pangkal Pinang, 26 April 1958 itu, misalnya Jakarta All Stars bersama Indra Lesmana, Embong Rahardjo dan kawan-kawan. Panggung musik lokal, nasional, internasional menjadi rumah kedua sepanjang perjalanan lebih dari seperempat abad.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Musisi dengan koleksi lima album studio itu dimakamkan dari TPU Kampung Kandang, Jakarta Selatan, Sabtu sore (5/12/2021). Dari sang anak diketahui bahwa ada sejumlah komplikasi penyakit hingga sempat melakukan amputasi jari kaki.

"Secara garis besar memang papa gulanya itu tinggi dari 2013. Mulai dari situ ada luka-luka di kaki, ada pembusukan di kelingking kaki kiri. Akhirnya keluarga memutuskan amputasi. Setelah operasi lancar, tiba-tiba jantungnya itu sakit. Dicek memang ada indikasi, di jantung ada sesuatu. Cuma dokter bilang napasnya bagus," cerita Shadu saat ditemui di pemakaman TPU Kampung Kandang, Jakarta Selatan.

ADVERTISEMENT

"Nah yang bikin kita kaget, selama ini ternyata papa itu gagal ginjal juga. Kita mau cuci darah pada saat itu, karena ada indikasi jantung kita nggak berani, dari rumah sakit juga nggak berani, karena takut nggak kuat," sambungnya lagi.

Sahabat Idang Rasjidi yang juga pemusik, Jilly Likumahuwa, mengungkapkan hal yang serupa.

"Komplikasi. Jadi mau diambil beberapa tahapan supaya tidak diamputasi, jadi kemarin itu operasinya adalah mengikat dan menarik jaringan-jaringan yang sudah harus dibuang, sebenarnya planning dokter akan ada lagi pembenahan sampai tuntas, cuman kemarin diberhentikan karena ada kendala dengan ginjalnya," ujar Jilly Likumahuwa, saat dihubungi via telepon.

"Tapi ternyata banyak sekali komplikasi, saya pernah bilang paru-parunya bermasalah, leukositnya kurang. Bukan cuman itu saja, pengapuran di punggungnya juga sudah yang cukup serius, gulanya memang ada, terus ketahuan kemarin ginjalnya stadium lima ternyata. Jantungnya juga ketahuan sudah rusak, jadi sedih saya," lanjutnya.

Sejumlah musisi mengungkapkan rasa duka mereka di media sosial. Mulai dari Indra Lesmana sampai David Bayu.

"Selamat jalan kakak ku dalam jazz, mas Idang Rasjidi. Kita semua kehilangan musik mu, canda mu, pemikiran mu, sosok mu. Semoga mas Idang sekarang bisa beristirahat dengan tenang," tulis Indra di Instagram.

"Innalillahi wainnailaihi raajiun. Turut berduka cita sedalam-dalamnya atas berpulangnya Om Idang Rasjidi. Semoga diampuni segala dosa beliau dan keluarga diberikan kesabaran dan ketabahan. Selamat jalan, Om," kicau akun Twitter @endahNrhesa.

"Selamat jalan, Idang Rasjidi. Terima kasih untuk inspirasi melalui nada dan katamu," komposer Addie MS juga membagikan bela sungkawa di Twitter.

"Istirahat dengan damai om Idang Rasjidi," ucapan duka cita akun Twitter David Bayu.

Simak video 'Idang Rasjidi, Musisi Jazz yang Lihai Berpiano':

[Gambas:Video 20detik]


(Panggung dan Proyek Terakhir Idang Rasjidi di halaman berikutnya)

Anak sulung Idang Rasjidi yang juga pemain bas untuk band metal, Deadsquad, mengenang kepergian ayahnya lebih dari sekedar keseharian di rumah. Tapi juga kala bersenang-senang tampil di atas panggung musik.

Shadu mengatakan, apa pun yang terjadi, di atas panggung bersama ayahnya, dia akan selalu menjadi anak kecil usia lima tahun.

"Manggung barengnya, gue mau main sama siapa pun, begitu main sama beliau, gue kayak anak kecil lagi yang digendong sama dia. Dia ngayom gue. Dia membuat gue jadi keren di atas panggung," kenang Shadu.

"Gue akan selalu kecil di atas panggung. Akan jadi Shadu yang usia lima tahun. Gue akan kehilangan itu sih," lanjutnya lagi sembari tersenyum.

Kenangan lain yang melekat di benaknya adalah betapa kedisiplinan sang ayah jika soal waktu. Dan ternyata, bicara soal waktu, di akhir perjalanan kehidupannya, Idang Rasjidi sedang menyiapkan sebuah film dokumenter yang katanya berjudul 'Bangka'.

"Yang terakhir, dia lagi iseng di rumah bikin film sebetulnya, judulnya Bangka. Bercerita tentang Bangka Belitung. Intinya dua sejoli gitu loh, cuma ya baru setengah jalan, beliau harus pergi," ungkap Shadu.

Target untuk merampungkan proyek terakhir itu sudah disuarakan Shadu. Baginya, film ini akan menjadi penutup dari seluruh rangkaian karya ayahnya.

"Doain ya, maksudnya pastilah mimpi beliau, karya beliau terakhir pastilah kita berpikir harus diselesain deh. Masterpiece beliau sih," sambung Shadu.

Benar, Indonesia memang ditinggalkan salah satu putra terbaiknya di dunia musik. Kehilangan nada-nada dan bunyi-bunyian nyeleneh nan asyik dari atas panggung. Akan tetapi, bukan lantas suara-suara Idang Rasjidi lenyap di telan bumi. Justru makin abadi dalam pita-pita rekaman yang dapat terus didengarkan, tanpa dibatasi ruang waktu dan sekat tempat. Selamat jalan, legenda.


Hide Ads