Eben Burgerkill meninggal dunia. Panjang perjuangan Eben bersama komunitas musik metal Bandung yang akan terus dikenang.
Eben merupakan pendiri Burgerkill yang berjuang keras untuk musik metal Bandung dilihat dunia. Eben pernah cerita tentang sulitnya mendapat tempat di media, ancaman dari kelompok agama garis keras, larangan manggung, sampai stigma kekerasan yang melekat pada musisi dan penggemar musik metal.
Tak mendapat sambutan dari industri musik, komunitas metal Ujungberung melalui Extreme Noise Grinding dan kemudian menjadi Ujungberung Rebels membuat terobosan dengan mengadakan festival sendiri melalui Bandung Berisik dan merintis media sendiri. Lalu kemudian disusul mendirikan label musik sendiri.
Baca juga: Kronologi Meninggalnya Eben Burgerkill |
"Perjalanan main musik metal di Indonesia itu tidak mudah, industrinya belum jadi, you have to build your own economy dan itu tidak mudah, bangun jaringan sendiri," kata Eben Burgerkill beberapa waktu yang lalu.
Berhasil membangun industri sendiri tak membuat cobaan mereda. 11 penonton tewas saat band metal Beside melangsungkan konser peluncuran album yang berjudul "Against Ourselves", di Gedung Asia Africa Culture Center (AACC), Jalan Braga Bandung, pada 9 Februari 2008.
Setelah itu, selama dua tahun pemerintah kota Bandung melarang festival band metal. "Nggak boleh main di kota sendiri, ya main di kota lain atau main di negara lain," ujar Eben.
"Larangan itu justru menjadi trigger Burgerkill untuk go international."
Eben dkk diundang untuk manggung di Soundwave Festival di Australia pada 2009. Setahun kemudian mereka kembali tampil di negara yang sama untuk Big Day Out Festival.
Petualangan Eben bersama Burgerkill di festival internasional tak berhenti di Australia. Mereka mendapat undangan untuk tampil di Wacken Festival di Jerman pada akhir Juli 2015. Wacken Festival merupakan festival metal terbesar dan tertua di dunia. Ini untuk pertama kalinya Burgerkill tampil di Eropa.
"Festival itu sudah 26 tahun. Berlangsung 4 hari, penontonnya setiap hari kira-kira 80 ribu orang. Sold out setiap hari," ujarnya.
Seminggu kemudian Burgerkill bersama-sama Jasad manggung di Bloodstock Festival di Derbyshire, Inggris. Kala itu, Jasad baru saja tampil di Obscene Extreme di Ceko. Tur di Eropa, Burgerkill dan Jasad membawa bendera "Bandung Blasting".
"Dua band, satu kota, satu negara, datang main di satu festival. Itu kan jarang terjadi. Itu yang menjadi jawaban keraguan orang-orang tentang musik ini," ujar Eben.
Prestasi-prestasi itu juga kata Eben, merupakan alat untuk menepis stigma kekerasan pada mereka. Tapi menurut Eben, band metal sebenarnya merupakan band yang menghargai hak asasi manusia.
Baca juga: Eben Burgerkill Meninggal Dunia |
Dalam wawancaranya dengan majalah metal terbesar Metal Hammer yang terbit 23 Juni 2015, Eben Burgerkill menunjukkan Napalm Death salah satu band yang menentang diberlakukannya hukuman mati.
"Presiden Jokowi memakai kaos Napalm Death saat kampanye. Jika benar fans Napalm Death, Jokowi seharusnya tak mendukung hukuman mati," katanya.
Music extreme for extreme people, not for ordinary people!"Eben Burgerkill |
Ia pun mafhum jika stigma tersebut akan terus melekat.
(pal/nu2)