Al Hasan Ali Jaber merasakan ada gempa tepat sebelum ayahnya, Syekh Ali Jaber meninggal dunia. Ia sampai terkejut pertanda itu merujuk ke kabar duka orang tuanya.
Al Hasan Ali Jaber menceritakan isyarat yang terjadi saat Syekh Ali Jaber pergi untuk selamanya di sebuah tayangan televisi. Ia mendadak terbangun dari tidurnya usai merasakan guncangan di rumahnya yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Saya pagi kebangun kayak merasa gempa, karena kebetulan orangnya susah bangun. Kebangun tuh kayak merasa gempa. Sudah bangun, berdiri tetap terasa goyang padahal nggak ada gempa. Persis jamnya beliau meninggal itu terasa gempa kan di Lombok beda satu jam. Setelah itu beberapa menit itu dapat kabar beliau meninggal," ujar Hasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu, putra sulung Syekh Ali Jaber itu langsung bergegas mencari tiket pesawat ke Jakarta. Sayangnya ia tak sempat melihat Syekh Ali Jaber dimakamkan.
"Langsung cari tiket. Sayang tak bisa sempat. Habis maghrib baru sampai. Telat, sangat telat. Sedih nggak bisa mandiin, salatin, kuburin, menyesal. Banyak dosa sama Abuya," tutur Hasan.
Saat mengetahui Syekh Ali Jaber meninggal, Al Hasan Ali Jaber mengatakan ibunya menangis. Semua orang di rumahnya berderai air mata karena berita tersebut.
"(Umi) Nangis, semua nangis di rumah," kata Hasan.
Al Hasan Ali Jaber lalu ditanya kenangan terakhir dengan Syekh Ali Jaber. Ia sangat bangga bisa mengimami ayahnya saat salat.
"Sebelum masuk rumah sakit. Ada di Jakarta kebetulan. Tapi, alhamdulillah kenangan terakhir, salat terakhir saya bisa jadi imamnya abuya. Salat subuh alhamdulillah, cuma bisa banggain itu saja," ujar Hasan.
Al Hasan Ali Jaber juga bicara sosok mendiang ayahnya. Syekh Ali Jaber disebut suka bercanda dan selalu ingatkan untuk terus beribadah.
"Di keluarga beliau suka bercanda, sangat suka bercanda, jarang yang serius. Paling serius yang ingat jaga salat, jaga salat, pasti serius, setelah itu bercanda, main-main. Nggak pernah marah. 20 tahun saya nggak pernah (lihat Syekh Ali Jaber marah). Nggak pernah dimarahi sama sekali," pungkasnya.
(mau/pus)