Hijrah menjadi sakah satu keputusan terbesar yang diambil Arie Untung. Bukan hanya sendiri, ia pun membawa keluarganya dalam pilihan tersebut.
Dalam perbincangan bersama Daniel Mananta di YouTube channel miliknya yakni Daniel Tetangga Kamu, Arie Untung ditanya perbedaan dalam hidupnya sebelum dan setelah hijrah.
Daniel menyinggung soal keputusan Arie dan sang istri, Fenita Arie, untuk menyerahkan ketenaran dan karier mereka pada Tuhan setelah berhijrah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu sih gue punya banyak ketakutan, tapi ternyata ketika kita pasrah Allah malah menunjukkan kebesaran-Nya. Kayak gue takut masalah iklan gue kemarin, gue dikasih iklan baru. Jadi apa sih yang gue takutin, gue takut cuma sama manusia doang?" tuturnya.
Ia pun menceritakan dulu dirinya sangat menuruti perintah produsernya untuk mengganti gaya rambut dan busanan. Namun nyatanya ia malah tak menuruti perintah Allah.
"Tapi kalau kita minta sama Allah itu kita istilahnya gausah minta juga Allah tahu yang terbaik buat kita kok. Jadi kayak disitu gue merasa gue lagi merangkak menuju Dia dan Dia bukannya malah ngelihatin gue tapi Dia malah mendatangi gue dan melukin gue. Itu ngebuat gue merasa itu sih indahnya," paparnya.
Menurut Fenita Arie ada hal yang diberikan Tuhan kepadanya yang dulu tak pernah ia rasakan. Mungkin sebelum berhijrah ia memiliki penghasilan sendiri dan bisa membeli barang-barang mewah, namun ia selalu merasa kurang dengan apa yang sudah didapatkannya.
Kini Fenita justru merasa sangat cukup dengan apa yang didapatkannya.
"Percuma kan kita dapat duit banyak tapi pikirannya banyak kayak kurang lagi kurang lagi, tapi ketika kita di sini kok kayak segini aja cukup," ungkapnya.
Dahulu dirinya terbiasa menerima transferan atas hasil kerjanya, kini ia hanya menerima amplop saja. Namun entah kenapa justru ia merasa jika uang dalam amplop tak habis-habis meskipun sering digunakan untuk kebutuhan harian mereka.
Menanggapi hal tersebut Arie pun menyebutkan jika sebenarnya apa yang dikorbankan oleh mereka tak seberapa jika berkaca pada sejarah Nabi.
"Sebenarnya kenapa harus, apa namanya harus mengorbankan (karier) dan yang kita korbankan itu adalah rasa kepemilikan kita," ujarnya yang membuat Daniel takjub.
(ass/aay)