Jadi Konsumsi Publik, Kasus Mario Teguh Kini 'Nggak Karu-karuan'

Jadi Konsumsi Publik, Kasus Mario Teguh Kini 'Nggak Karu-karuan'

Mauludi Rismoyo - detikHot
Rabu, 28 Sep 2016 15:23 WIB
Foto: Ismail/detikHOT
Jakarta - Setiap perkataannya dianggap suci, setiap petuahnya pasti dijadikan pegangan hidup para pendengarnya. Begitulah penilaian Deddy Corbuzier kepada Mario Teguh.

Deddy menunjuk Hotman Paris sebagai pengacaranya usai mendapat somasi dari Mario. Mereka lantas menggelar jumpa pers menanggapi somasi tersebut.

Salah satu ucapan Hotman ketika itu, "Jangankan motivator, tukang becak pun, sopir angkot pun akan mengatakan bahwa saya sayang sama anak itu karena dari bayi sudah saya rawat. Jadi bayangkan, di mana perbedaan kualitas berpikir antara sopir angkot atau kondektur dengan seorang motivator? Anda bisa bedakan nanti," tuturnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, pengacara perlente itu juga mengatakan bahwa masalah tersebut kini bukan lagi permasalahan pribadi rumah tangga Mario Teguh. Akan tetapi, Mario yang tidak mengakui Ario Kiswinar sebagai anak itu sudah menjadi masalah nasional.

"Ini sudah menjadi aspek nasional karena anak-istri kita, opung kita menonton manusia suci. Betapa setiap sore mereka menonton petuah dari manusia suci," kata Hotman.

Kata-kata itu pun langsung direspons oleh pihak Mario melalui pengacaranya, Vidi Galenso Syarief, dihubungi melalui telepon, Rabu (28/9/2016). Menurutnya, jalan yang ditempuh kliennya memang didasari dengan emosi.

"Itulah. Kan Pak Mario manusia juga kan bukan dewa. Bisa emosi dan segala macam. Inilah akibatnya kalau sudah sampai ke ranah publik jadi nggak karu-karuan semuanya. Itu pun Bu Elsa (Syarief) sudah bilang Pak Mario jangan bikin statement lagi karena jadinya begini. Jadinya kacau balau saling silang karena ada emosi, sudah jadi manusia bukan motivator," jelas Vidi.

Karena masalah itu kini sudah menjadi konsumsi publik, jalan untuk tes DNA yang mereka canangkan pun dianggap sudah tak lagi efektif. Sebab, apapun hasilnya tentu saja itu akan merugikan si pemilik jargon 'Salam Super' itu.

"Kita yang nasihati Pak Mario, Percuma, Pak, sudah saling hujat, tidak ada kepercayaan, ada pro kontra. Bikin tes DNA, apa pun hasilnya, akan timbul pro kontra. Soalnya nanti ada yang bilang ini salah, ini dibayar, ya kan. Nanti Pak Mario dibilang wah ya Pak Mario bisa bayar wong dia kaya. Kalau Kis, karena mungkin nggak punya uang, oh iya ada sponsornya yang pengen bisnis Pak Mario hancur. Semua fitnahan atau tuduhan itu pasti keluar. Jadi kan nggak efektif kan percuma buang-buang duit," ujar Vidi.

(nu2/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads