"Sama dua-duanya, sama rasa kehilangannya. Kami belum siap kehilangan," ucap Umi Pipik yang saat itu baru dilantik sebagai Duta Anti-Aging di Casa Deby Vinski, Jl Metro Pondok Indah, No. TC6, Jakarta Selatan, Selasa (20/5/2014).
Dengan suara pelan, Pipik kembali menceritakan detik-detik kepergian sang ayah. Ayahanda Pipik berpulang pada Sabtu (17/5) sekitar pukul 18.00 WIB di Semarang, Jawa Tengah.
"Tiga hari sebelum meninggal, beliau nggak mau lihat Pipik nangis terus. Sakit juga masih mikirin orang ya. Saya masih dikasih kesempatan lihat pas sakaratul maut, masih doa dan dzikir," kisahnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Bapak kayak nungguin saya. Saya kesana ayah masih ada, mata tertutup tapi telinga dengar, saya bisikin minta maaf, ayah menangis. Saya sempat histeris sih waktu itu," lanjutnya.
Dua tahun berturut-turut kehilangan suami dan ayah bukan perkara mudah untuk Pipik. Butuh kekuatan dan keikhlasan untuk dapat kembali bersemangat.
"Saya masih teringat doa suami saya, saya dan bapak di depan Ka'bah, nanti kita ke surganya sama-sama," ucap wanita yang lekat dengan baju muslim serba hitam itu.
(pus/ich)











































