Pria berdarah Sunda ini terakhir terlibat dalam sinetron 'Emak Ijah Pengen ke Mekkah' yang tayang di SCTV. Berbeda dengan pelawak di usia senja lainnya, Jojon terbukti masih bisa terus eksis di panggung hiburan.
detikHOT merangkum perjalanan pelawak yang identik dengan kumis kotaknya itu dari berbagai sumber. Jojon lahir di Karawang, 5 Juni 1947. Ia mengawali karier lewat grup lawak Jayakarta bersama Hasanuddin atau U'u, Suprapto atau Esther, dan Cahyono.
Grup lawak ini sangat eksis selama tahun 1970-an hingga 1980-an. Pada 1990-an, satu per satu anggotanya hengkang, masing-masing memutuskan untuk bersolo karier.
Sejak awal kemunculannya, Jojon punya ciri khas. Yakni kumis kecil di bawah hidung ala Charlie Chaplin atau Adolf Hitler, potongan rambut dibelah tengan yang licin, celana dengan pinggang tinggi dan suspender yang menahan celananya yang menggantung selutut.
Tak hanya melawak, Jojon juga pernah mengeluarkan album lagu pop Sunda berjudul 'Pamali'. Setelah itu, Jojon pun eksis lewat beberapa judul film. Debutnya diawali dengan film bertajuk 'Tiga Dara Mencari Cinta' pada 1980.
Pada 2011, 'Badai di Ujung Negeri' menjadi film terakhir bagi Jojon. Ia beradu akting dengan aktor dan aktris muda seperti Arifin Putra dan Astrid Tiar.
Total film yang dibintanginya ada sembilan: Tiga Dara Mencari Cinta (1980), Okey Boss (1981), Apa Ini Apa Itu (1981), Barang Antik (1983), Vina Bilang Cinta (2005), Setannya Kok Beneran? (2008), Doa Yang Mengancam (2008), Mau Dong Ah (2009), Badai di Ujung Negeri (2011)
Jojon meninggal dunia karena serangan jantung pada 6 Maret 2014. Ia akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebon Pedes, Bogor.
Dalam sebuah wawancara Cahyono teman Jojon di Jayakarta Grup yang juga tetangga rumah mengatakan, Jojon adalah lulusan Pondok Pesantren Wanaraja. Jojonlah yang pertama kali mengajari Cahyono. Cahyono memang diketahui menjadi mualaf berkat bimbingan Jojon.
(utw/kmb)