Seperti dituturkan oleh Dimitri Mahayana, Chief of Sharing Vision, sebuah lembaga riset telematika saat berbincang dengan detikhot dalam sesi sharing media di Parisj Van Java, Bandung, Jawa Barat, Kamis (17/12/2009).
Menurutnya, saat ini masyarakat telah melakukan kesalahan logika dalam melihat dunia maya. Dunia maya dianggap dunia yang terpisah dengan dunia nyata dan bukan kepanjangan dari dunia nyata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pak Dim, demikian pria ini akrab dipanggil, menambahkan bahwa salah satu yang menyebabkan orang salah dalam memikirkan bahwa dunia maya tidak berbatas adalah karena dunia nyata ada identitas yang bisa dipertanggung jawabkan. Sedangkan dunia maya orang terbiasa dengan tanpa identitas.
"Kalaupun ada bisa dibuat banyak identitasnya. Artinya di dunia maya orang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dalam kasus Luna Maya, harus disadari bahwa dia adalah public figure. Semua orang mengenalnya, ada fotonya, ada teman-temannya yang mengenalinya. Bahkan kalau ternyata palsu pun pasti ketahuan," tuturnya.
Ditambahkan oleh pria yang juga mengajar di ITB ini, dunia virtual atau dunia maya merupakan kepanjangan dari dunia nyata. Tidak ada vakum hukum, moral dan agama di dalam dunia maya. Jadi dalam kasus ini Luna Maya bisa terjerat UU ITE.
"Luna Maya mungkin lupa bahwa dampak dari dunia maya adalah nyata. Bukan maya. Tapi pertanyaannya adalah apa perlu itu dikasuskan?," pungkasnya.
(afz/eny)