Sastrawan serbabisa Remy Sylado meninggal dunia hari ini. Pria asal Minahasa, Sulawesi Utara, itu berpulang dalam umur 77 tahun.
Sampai akhir hayatnya, Remy Sylado masih aktif menulis. Di awal Januari lalu, istrinya, Emmy Tambayong, menuturkan ada satu novel terakhir sang seniman yang masih belum diterbitkan.
Novel itu berjudul Brower. Tapi ide mengenai alur ceritanya sudah ada dalam benak Remy Sylado dan saat itu belum diketik naskahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan belum bisa mengetik ya selama ini. Jadi memang sudah ada jalan cerita di dalam pikirannya. Cuma belum tertuang dalam tulisan. Mudah-mudahan ya (setelah sembuh nanti)," kata Emmy ketika berbincang dengan detikcom.
Menurut Emmy, saat Anies Baswedan menjenguk sudah diberikan nasihat agar Remy Sylado semangat berjuang melawan rasa sakitnya. Serta berkeinginan untuk segera pulih seperti sedia kala lagi.
"Makanya harus sehat dulu, harus bisa duduk dan mengetik. Agar jadilah itu naskah," sambungnya.
Bahkan saat itu, Anies Baswedan berjanji bakal membiayai seluruh proses penerbitan novel Remy Sylado selain soal biaya pengobatannya selama sakit.
Pada Januari 2022, Remy Sylado telah dioperasi karena sakit hernia yang diidapnya. Dia pun menjalani perawatan di RSUD Tarakan dan sempat terkena stroke sebanyak tiga kali.
Pada Oktober 2022, dia pernah dirawat karena sakit stroke. Desember 2020, ia disuruh pulang dan menjalani terapi akupuntur dengan listrik.
"Dokter suruh pulang karena COVID-19 lagi tinggi-tingginya, dokter suruh pulang untuk menjalani akupuntur dengan listrik. Sudah dijalani selama dua bulan tapi terus berhenti. Disuruh kirim fisioterapi dari rumah sakit, sekali datang Rp 250 ribu, itu selama dua bulan," sambungnya.
Tapi karena terkendala biaya, Remy Sylado pun berhenti menjalani fisioterapi. Sejak saat itu, sudah tidak pernah berobat ke dokter maupun rumah sakit.
(tia/pus)