Penulis Akmal Nasery Basral meluncurkan novel terbarunya yang berjudul Disorder. Novel yang menjadi karya ke-19 itu diterbitkan oleh penerbit Bentang Pustaka yang kisahnya membongkar permasalahan pandemi yang terjadi di tahun 2026 atau 5 tahun mendatang.
Disorder menjadi karya yang ditulis sang novelis ketika pandemi COVID-19 masih merajalela di berbagai negara. Ditulis selama 117 hari, Akmal Nasery Basral menceritakan seluk beluk di balik proses penciptaannya.
Dalam sesi virtual bersama pembaca yang digelar Bentang Pustaka pada Rabu (27/1/2021), ia menuturkan novel yang masuk ke dalam genre sastra bencana terinspirasi dari kejadian pandemi yang masih terjadi saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya saya sudah pernah menulis novel soal penyintas tsunami Aceh yang selamat dan sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Tapi kalau novel soal pandemi belum pernah sama sekali, latar belakang saya juga bukan berasal dari sains, sedangkan pandemi masih terjadi sekarang," tutur Akmal Nasery Basral dalam sesi virtual yang diikuti detikcom.
Pria berumur 52 tahun itu melanjutkan ide mengenai novel ini tercipta ketika ia bertemu dengan petinggi penerbitan Bentang Pustaka.
"Kayaknya kalau ada novel soal pandemi bagus juga, karena belum ada sama sekali," sambungnya.
Dari situ, Akmal Nasery Basral mulai membuat empat bab tentang novel Disorder. Dari bab pendahuluan itu, naskah mentahnya diberikan kepada ahli sains, mulai dari neurosains atau ahli ilmu saraf, ahli biologi molekuler dan stemcell sampai pakar sosiologi perkotaan.
Setelah masuk pendapat pendukung dari para ahli, ia memberanikan diri untuk melanjutkan novel Disorder. Sebanyak 54 bab dan satu buah epilog pun jadi.
![]() |
"Selama 117 hari proses penulisan, saya melakukan cukup banyak riset yang sifatnya tekstual dan menonton dokumenter. Pandemi dan percobaan kimiawi sejarah umat manusia. Saya juga nonton dokumenter di YouTube dan streaming Netflix," lanjutnya.
Novel Disorder menceritakan tentang ancaman pandemi di tahun 2026 atau lima tahun mendatang yang berusaha dicegah agar tak menyebar di Indonesia oleh seorang dokter dan epidemiolog muda bernama Permata Pertiwi.
Selain mengungkap data-data tentang wabah penyakit dan hasil-hasil penelitian para ahli, novel ini juga mengangkat fenomena yang terjadi baik di Indonesia maupun negara-negara lain di dunia saat pandemi menyebar.
Sebagai seorang mantan jurnalis, Akmal mencoba menyusun buku ini untuk memberikan peringatan tentang saat ini dan persiapan diri kita sebagai pembaca di masa depan.
"Dalam pandangan saya soal pandemi di fiksi novel saya ini sifatnya apocalyptic. Saya proyeksikan ke ruang masa depan dengan memakai algoritma saya sendiri. Ketemulah virus-virus pendahulunya yang saya kembangkan menjadi cerita," pungkasnya.
Simak artikel berikutnya ya.
(tia/wes)