JK Rowling akhirnya buka suara mengenai karakter yang ada di dalam novel terbaru Troubled Blood yang menuai kontroversi. Penulis yang tinggal di Skotlandia itu dianggap antitransgender dan transfobia terhadap LGBT.
Dalam tulisannya di situs pribadi, Robert Galbraith atau nama samaran JK Rowling mengatakan karakternya berdasarkan kisah nyata.
Karakter pembunuh berantai bernama Dennis Creed itu benar ada dalam kasus pembunuhan yang terjadi di Oregon dan baru terbongkar puluhan tahun berikutnya. Ia mengatakan tetap akan menulis kelanjutan seri buku detektif Cormoran Strike.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak punya niat untuk berhenti dalam waktu dekat," tuturnya dilansir dari situs pribadi, Sabtu (19/9/2020).
"Saya sudah mulai (menulis) seri buku keenam. Menjadi Robert Galbraith adalah sebuah kesenangan tersendiri, jadi selama saya punya plot, saya akan terus maju," ungkap JK Rowling.
Novel Troubled Blood merupakan seri buku kelima Cormoran Strike yang mencapai 900 halaman. Dalam novel, JK Rowling menuliskan karakter Dennis Creed sebagai pembunuh berantai yang membunuh seorang dokter bernama Margot yang juga aktivis feminis.
Dennis Creed digambarkan sebagai seorang pria yang tak stabil dan kerap mencuri pakaian dalam tetangganya lalu mengenakannya. Ketika membunuh korbannya, Creed mengenakan gaun dan menghabisi korban dengan kejam.
JK Rowling menegaskan karakter Dennis Creed terinspirasi dari pembunuh bernama Jerry Brudos dan Russel Williams. Mereka membunuh empat perempuan di Oregon selama dekade 1960-an.
Russel Williams dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di 2010 karena terbukti membunuh dua perempuan dan didakwa pembunuhan tingkat pertama, dua serangan seksual, dan 82 dakwaan melanggar termasuk mencuri pakaian dalam perempuan.
Penerbit novel Troubled Blood mengatakan bukunya sudah terjual sebanyak 100.000 eksemplar di Inggris di hari pertama rilis pada 15 September 2020. Termasuk e-book, buku audio, dan buku hardcover.
Gara-gara perilisan Troubled Blood, tagar RIP JK Rowling bergema di Twitter dan disuarakan oleh fans di AS, Inggris, sampai Indonesia yang mengecam sikap transfobia sang novelis.
(tia/mau)