Miniatur yang berukuran hanya 68 mm itu berukuran sangat kecil dan dibuat sebagai perlindungan agama bukan untuk belajar.
Dilansir dari Guardian, Selasa (9/6/2020), sejarah miniatur Alquran itu dibawa ke medan perang oleh seorang prajurit Ottoman saat pengepungan Wina pada 1529. Tapi pasukan Ottoman tidak beruntung.
Mereka dibawa oleh tentara Austria ketika Ottoman mundur. Miniatur pun dikembalikan ke Ottoman lagi pada abad ke-19.
Sebagian naskah diwariskan oleh Abraham Shalom Yahuda, seorang sarjana Arab-Yahudi kelahiran Yerusalem. Ia juga dikenal sebagai salah satu pengumpul naskah Islam paling penting di awal abad ke-20 dan meninggal di tahun 1951.
Juru bicara proyek digitalisasi 2.500 naskah dan buku langka Islam, Dr Raquel Ukeles, mengatakan otoritas Israel ingin membuka akses tanpa batas via daring.
"Tentu saja kami berada di wilayah kontroversial, tempat kami tidak punya akses yang mudah atau komunikasi mudah dengan tetangga kami. Tapi melalui koleksi Islam ini kami ingin menciptakan ruang, apakah itu secara fisik di dalam bangunan atau secara digital," ungkap Ukeles.
Perpustakaan Nasional Israel juga ingin memperluas cakrawala mereka. "Terlepas apa yang terjadi di tingkat politik," tukasnya.
(tia/imk)