'Sinau Bareng Markesot' mengungkapkan penafsiran ayat Al-Quran yang punya dimensi kontekstual di tiap esai-esai yang ditulisnya. Ada 5 bagian yang terdiri dari 113 esai yang ada di dalam buku.
Tak hanya soal agama, 'Sinau Bareng Markesot' memuat tafsiran Mbah Sot--sapaan akrab Markesot, tokoh sentral dalam buku ini. Yakni tentang kepemimpinan, pendidikan, budaya, Pancasila, dan kemanusiaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Lewat esai pendeknya, para pembaca akan dibuat terpesona oleh gaya kepenulisan Emha yang artikulatif, blak-blakan, dan mudah dimengerti. Seolah, tafsir ayat Al-Quran menjadi begitu menyenangkan tanpa harus repot-repot mengerutkan kening," tulis Bentang Pustaka dalam siaran pers yang diterima, Kamis (14/11/2019).
Berbeda dari dua serial Markesot sebelumnya, buku ini fokus pada metode tadabur. Menurut Emha, 'tadabur' adalah proses yang sangat berdimensi dengan moral, spiritual, dan melebihi intelektual.
"Tadabur menyaratkan bahwa kesudahannya lebih berkecenderungan terhadap Allah. Misalnya menjadi lebih dekat, lebih beriman, meningkat akhlaqul-karimah-nya, lebih baik hidupnya, lebih saleh perilakunya," kata Cak Nun.
(tia/nu2)