Menurut Eka, permasalahan industri buku yang tak kunjung selesai belum ada komitmen penyelesaian yang serius dari pemerintah.
"Saya kira ini adalah momen yang tepat untuk bersuara. Kalau saya tiba-tiba ngomongin sebenarnya saya sering omongin soal pajak buku, pembajakan buku di postingan saya. Atau buku yang dirampas aparat. Saya juga banyak menulis kasus penindasan HAM, penculikan dan lain-lain. Tapi kan ya saya ngomong samar-samar hilang," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Syukur-syukur suara kecil ini didengar," tuturnya sembari tertawa.
Eka menerima surat pemberitahuan meraih Anugerah Kebudayaan 2019 sejak dua bulan lalu. Namun baru pada Minggu (6/10/2019) lalu, ia mengirimkan surat penolakan kepada salah satu staf Kemendikbud yang menghubunginya.
Eka pun menunggu respons selama dua hari namun tak ada kabar. Pada Rabu (9/10/2019), dia pun menunggah pernyataan sikap lewat akun Facebook kemudian viral di jagat maya sampai dibagikan ratusan kali oleh pengikutnya.
"Saya berasumsi surat akan dikirim bertahap, saya tidak tahu setelah hari Minggu surat nyampe ke mana. Saya pikir tidak ada konfirmasi surat diterima atau tidak. Saya putuskan untuk menulis di Facebook," tukasnya.
(tia/dal)