Eka Kurniawan dikenal lewat berbagai novel yang sukses diterjemahkan ke berbagai bahasa. Nama Eka pun melambung berkat 'Cantik itu Luka' dan 'Lelaki Harimau' serta membuat dirinya masuk dalam nominasi bergengsi The Man Booker International Prize.
Baru-baru ini Eka mengunggah penyataan sikap yang menolak Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019. Penghargaan tersebut seharusnya bakal diterima hari ini di ajang Pekan Kebudayaan Nasional yang diselenggarakan Kemendikbud.
Salah satu alasan penolakan Eka adalah banyaknya kasus Hak Asasi Manusia (HAM) yang belum selesai. Termasuk hilangnya penyair Wiji Thukul.
"Memikirkan ketiadaan perlindungan untuk dua hal itu, tiba-tiba saya sadar, Negara bahkan tak punya komitmen untuk melindungi para seniman dan penulis (bahkan siapa pun?) atas hak mereka yang paling dasar: kehidupan. Apa kabar penyair kami, Wiji Thukul?" tulis Eka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Presiden yang sekarang telah menjanjikan untuk menyelesaikan kasus-kasus HAM masa lalu, termasuk penghilangan salah satu penyair penting negeri ini. Realisasi? Nol besar," tegas Eka.
Di luar urusan hadiah, lanjut Eka, ada hal-hal mendasar seperti itu yang layak untuk membuat dirinya mempertanyakan komitmen Negara atas kerja-kerja kebudayaan. "Kesimpulan saya, persis seperti perasaan yang timbul pertama kali ketika diberitahu kabar mengenai Anugerah Kebudayaan, Negara ini tak mempunyai komitmen yang meyakinkan atas kerja-kerja kebudayaan," pungkasnya.
(doc/doc)