Ditemui detikHOT di kediaman keluarga di kawasan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, putri Pram, Astuti Ananta Toer, menceritakan mengenai rencana penerbitan catatan harian ayahnya.
"Sebenarnya kalau soal arsip sudah ada di dalam 'Nyanyi Sunyi Seorang Bisu'. Tapi masih ada yang tersisa, yang tidak dibukukan. Nanti akan dibukukan dalam 'Catrian'," ujar Astuti.
'Catrian' yang dimaksud oleh Astuti berarti 'catatan harian'. Jejak gores kehidupan Pram sepanjang hidupnya selalu dicatat.
"Itu yang bikin kami susah, sudah kami siapkan. Pram kalau menulis bukan satu atau dua halaman, tapi bisa 14 halaman. Itu kayak cerpen tapi buku hariannya Pram," terang Astuti.
![]() |
Catatan harian tersebut diakui Astuti berisi berbagai hal yang paling jujur dalam hidup Pram. "Pram kalau tidak suka sama orang ditulis. Dalam buku harian Pram, negara dalam keadaan yang seperti ini, bukan seperti itu. Ya itu ada dalam buku hariannya saja," tuturnya.
Baca juga: Mempopulerkan Kembali Pramoedya Ananta Toer |
Meski begitu, rencana penerbitan buku catatan harian Pram masih belum diketahui kapan terbit. Astuti bersama anggota keluarga lainnya hanya berharap semoga bisa selesai menyusun buku tersebut dalam waktu dekat.
Sastrawan Pramoedya Ananta Toer dikenal sebagai penulis yang paling produktif dan telah merilis lebih dari 50 karya sampai diterjemahkan ke puluhan bahasa. Salah satu karya fenomenalnya adalah 'Tetralogi Buru', 'Gadis Pantai', 'Perburuan', 'Larasati', 'Panggil Aku Kartini Saja', dan lain-lain.
Simak Video "Daftar Film soal Perjuangan, Cocok untuk Momen HUT RI ke-77"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/kmb)