Di Jakarta ada 5 toko buku alternatif yang tersebar, ditambah toko buku fisik yang telah melegenda. Seperti di kawasan Pasar Senen hingga toko buku Bengkel Deklamasi di Taman Ismail Marzuki (TIM) milik budayawan Jose Rizal.
Salah satu pendiri POST Santa, Teddy Kusuma, menuturkan buku-buku terbitan POST Press seperti 'Aku, Meps, dan Beps', serta dua buku 'Na Willa' digemari pembaca. Buku terbitan Banana Publishing 'Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi' juga mendapat sambutan yang hangat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menjamurnya Toko Buku Indie di Jakarta |
![]() |
"Misalnya saja buku 'Na Willa' kedua awalnya kita cetak 1000 eksemplar lalu beberapa kali cetak ulang lagi. Buku pertamanya kami akhirnya terbitkan dan cetak lagi," tutur Teddy.
Novel 'Raden Mandasia' karya Yusi Avianto Pareanom kembali cetak ulang setelah terbit dengan cetakan 3.000 eksemplar. "Artinya untuk ukuran buku alternatif itu jumlahnya sangat banyak," lanjutnya.
Seorang pembaca buku sekaligus bookstagrammer Sintia Astarina menuturkan buku-buku terbitan toko buku indie terbilang mereka unik.
Baca juga: Selamat Hari Buku Nasional! |
"Cuma bisa didapatkan di toko buku indie tertentu, dan kualitasnya nggak kalah dengan buku-buku yang dijual di toko buku biasa," tutur perempuan yang juga novelis 'Nyanyian Hujan' (Grasindo, 2013).
Buku yang baik, tambah Teddy, adalah buku yang diperkenalkan terus menerus agar jalur distribusi bisa berjalan dengan baik. "Kami juga berharapnya agar distribusi buku bisa berjalan dengan baik," tukasnya.
(tia/doc)