Dalam sebuah wawancara kepada EW, seperti dilansir detikHOT, Stephen King menceritakan awalnya ia bersama keluarganya pindah ke kota kecil bernama Orrington. Di dekade awal 1980-an, ia mendapat program residensi penulis dari Universitas Maine.
"Kami menyewa rumah yang indah di pinggir sungai, dan sebuah kuburan hewan peliharaan yang ada di belakangnya. Ada jalan setapak yang menanjak juga yang disukai anak-anak kami," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Horor 'IT' di Balik Novel Anyar Stephen King |
Dalam cerita di novel horor maupun versi film, ada hewan peliharaan kucing putrinya yang mati. Di kehidupan nyata Stephen King, kucing bernama Smucky juga mati.
"Kami menguburkannya dan memberikan tanda salib kecil bertuliskan 'Smucky-dia taat'. Dan maksud saya dia sebenarnya kucing, tapi ya kami melakukannya demi anak perempuan kami," katanya lagi.
Kejadian nyata tak berhenti sampai di situ saja, ketika malam saat menguburkannya, anak perempuan King meloncat dan berteriak, "Tuhan tidak bisa mendapatkan kucing saya. Itu kucing saya!".
"Dan saya memasukkan dialog itu ke dalam buku, dan ya itu terjadi. Di rumah kami juga ada jalan yang supersibuk. Segala hal dalam buku kami benar sampai pada hal-hal supranatural. Tapi ya kamu tahu, saya harus membubui dengan fiksi lain," lanjut pria yang memiliki tiga orang anak.
Di masa itu, King juga sempat menunda penerbitan bukunya demi menghormati anak-anaknya. Namun ia terpaksa menerbitkan karena kontrak bersama penerbitan yang mengharuskan merilis karya terbaru di tahun tersebut.
'Pet Semetary' disebut-sebut sebagai novel terhoror karyanya, selain 'It', 'Misery', 'Carrie', 'Salem's Lot' hingga 'The Dark Tower'.
(tia/nkn)