Cerita Leila S Chudori di Balik Penulisan Novel 'Pulang' dan 'Laut Bercerita'

Cerita Leila S Chudori di Balik Penulisan Novel 'Pulang' dan 'Laut Bercerita'

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 12 Jul 2018 10:07 WIB
Cerita Leila S Chudori di Balik Penulisan Novel 'Pulang' dan 'Laut Bercerita' Foto: Istimewa/ Penerbit KPG
Jakarta - Leila S Chudori mampu menceritakan detail peristiwa bersejarah yang ada di Indonesia dengan narasi yang mengunggah rasa. Novel 'Pulang' dan 'Laut Bercerita' menjadi perbincangan hangat di berbagai forum dan ruang diskusi.

Di balik kesuksesan dua novel yang berlatarkan politik dan intrik peristiwa bersejarah itu, ada cerita tersendiri. Hal tersebut diungkapkan perempuan yang juga berprofesi sebagai wartawan itu ketika ditemui usai pemutaran film pendek 'Laut Bercerita' di Kinosaurus Jakarta.

"Momen saya menganggap harus ditulis itu usai saya selesai sekolah di tahun 1988. Saya sekolah di Kanada dan pergi ke Eropa untuk bertemu eksil politik di Paris. Saya sebagai orang yang lahir dan merasakan Orde Baru saat itu merasakan bagaimana informasi itu tidak bebas," ujarnya Rabu (11/7/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Cerita para eksil politik menjadi hal baru bagi Leila. Ia baru mengetahui ternyata ada belasan ribu orang Indonesia di Eropa yang tidak bisa pulang ke Indonesia karena peristiwa yang terjadi pada 1965.
Cerita Leila S Chudori di Balik Penulisan Novel 'Pulang' dan 'Laut Bercerita'Cerita Leila S Chudori di Balik Penulisan Novel 'Pulang' dan 'Laut Bercerita' Foto: Is Mujiarso

Leila pun merasa harus menulisnya. "What is really going on. Lalu saya pulang dan gabung dengan Tempo. Saya belajar apa yang terjadi pada korban dan keluarganya. Ini titik, saya harus menulisnya tapi belum tahu nulisnya kayak apa," cerita Leila pada penonton yang hadir di diskusi.

Baru di tahun 2005, ia mulai membuat outline dan melakukan riset yang lebih mendalam. Di novel 'Laut Bercerita' yang rilis akhir tahun lalu, saat itu Tempo yang merupakan tempat Leila bekerja membuat edisi khusus tentang peristiwa tersebut.

"Kami meminta Nezar Patria menuliskan apa yang terjadi pada dia. Ada 22 orang diculik, 9 dibalikkan, ada apa dengan 13 orang lainnya? Ada nama Wiji Thukul juga. Anda semua bisa melihat para orangtua di aksi Kamisan. Saya merasa isu ini harus diangkat. 2013 saya wawancara para narsum, akhirnya berkembang ke keluarga korban," lanjutnya bercerita.

Dalam novel 'Pulang', Leila mengambil latar tiga peristiwa bersejarah tahun 1965 di Indonesia, revolusi mahasiswa di Paris, Prancis, pada Mei 1968, serta tragedi Mei 1998 yang menandai keruntuhan rezim Orde Baru di Indonesia.

Sedangkan novel 'Laut Bercerita' dihadirkan dalam dua perspektif yang narasinya berbeda. Biru Laut Wibisono yang menarasikan tragedi 1998 dari sudut pandang mahasiswa dan aktivis yang diculik saat itu. Serta perspektif dari Asmara Jati, adik dari Biru Laut yang kehilangan saudara laki-lakinya dan bertahan dari ketidakjelasan mengenai apa yang terjadi di masa tersebut.

(tia/srs)

Hide Ads