Nama Danarto di ranah sastra bukan terbilang baru. Pria kelahiran Sragen ini terkenal dengan buku kumpulan cerita pendek yang berjudul 'Godlob'. Karya tersebut ditulis pada 1967 tapi baru diterbitkan tahun 1975.
Dari berbagai sumber yang pernah menulis review karya Danarto, cerpen-cerpennya dekat dengan aliran sufi atau ke-Tuhanan. Di kumpulan cerpen lainnya yang berjudul 'Adam Ma'rifat', karyanya berhasil memenangkan Hadiah Sastra 1982 dari Dewan Kesenian Jakarta dan Hadiah Buku Utama 1982.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di tahun 1976, Danarto pernah mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, AS. Saat itu, hanya segelintir sastrawan Indonesia yang berhasil lolos seleksi untuk mengikuti residensi di Iowa. Tahun lalu ada nama Okky Madasari yang mengikuti residensi tersebut.
Tak hanya Iowa, Danarto juga pernah mengikuti program menulis di Kyoto dan menghadiri Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda.
Tak hanya dikenal sebagai sastrawan, Danarto juga berprofesi sebagai pelukis. Sebelum aktif menulis dan dikenal sebagai penulis, anak dari karyawan pabrik gula itu mengenyam pendidikan di ASRI (kini bernama ISI) Yogyakarta.
Di Jakarta, dia aktif mendirikan Sanggar Bambu. Danarto pun aktif di teater dengan menulis naskah dan terlibat dalam Teater Sardono yang melawat ke Eropa Barat dan Asia.
Di samping itu, ia pun kerap menggelar pameran tunggal maupun kolektif. Bahkan lukisan-lukisannya mampu menyambung hidupnya.
Di Twitter, banyak yang mengucapkan duka atas kepergian Danarto. Dahulu Danarto sempat mengenyam masa keemasan dengan lima karyanya. Kini, tanpa sanak saudara yang tinggal bersamanya, Danarto pergi untuk selamanya.
Seperti yang tercantum dalam karyanya, "Ternyata kematian itu membahagiakan. Sungguh di luar dugaan. Kematian itu tidak terbatas. Luas bagi cakrawala. Mengapa harus ditangisi? Jelas ini salah tafsir." (Danarto, 2008:10)
Selamat jalan, Mas Danarto... (tia/dar)