Suasana pun mendadak haru. Orang-orang terlihat sibuk mengusap air mata seiring lampu-lampu yang kembali menyala menerangi ruangan. Pemutaran film pendek karya sutradara Pritagita Arianegara, dan dibintangi antara lain oleh Reza Rahadian, Dian Satro dan Ayushita tersebut menandai peluncuran novel berjudul sama, karya terbaru Leila S Chudori. Sebelum secara resmi diluncurkan malam itu, novel tersebut sudah beredar di toko buku, dan sudah memasuki cetakan ulang yang kedua.
'Laut Bercerita' mengisahkan kembali peristiwa penculikan aktivis 1998 yang menjadi awal kejatuhan pemerintahan Orde Baru Soeharto. Minat untuk mengabadikan tragedi politik bersejarah itu muncul saat Leila, sebagai wartawan Majalah Tempo, mempersiapkan edisi khusus tentang Soeharto pada 2008. "Waktu itu belum tahu, apakah akan dalam bentuk cerpen atau novel, yang jelas saya merasa harus menuliskannya," ujar Leila.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin, ini tetap menjadi sebuah drama keluarga," ujarnya. Maka, terciptalah tokoh Biru Laut, dengan adiknya Asmara Jati. Dari dua sudut pandang kedua tokoh itulah, 'Laut Bercerita' mengalirkan kisahnya. Mereka adalah anak-anak dari keluarga Arya Wibisono, yang memiliki kebiasaan memasak bersama pada Minggu sore. Sampai dengan saat Biru laut hilang, sang ayah tetap menyiapkan satu piring untuknya, dan keluarga itu duduk menanti dengan penuh harap. Tapi, Biru Laut tak kunjung muncul.
![]() |
"Plotnya sangat akrab bagi kami, bahkan nama-nama samaran para aktivis waktu itu ditulis apa adanya," ujar Nezar Patria yang malam itu dihadirkan sebagai narasumber dalam acara peluncuran, bersama Wayu Susilo, adik penyair Wiji Thukul yang juga hilang dalam huru-hara Reformasi 1998. "Novel ini meremas hati dan jantung," puji Nezar.
Terutama, Nezar menyoroti kisah keluarga Biru Laut yang menjadi pokok pusaran cerita. "Kalau soal penculikannya sudah banyak diceritakan, tapi Leila menambahkan detailnya, termasuk soal percintaan. Juga soal penantian yang menyedihkan. Sungguh menyentuh khas Leila, sangat filmis," tambah Nezar. Bagi Nezar, kehadiran novel tersebut, juga acara peluncurannya malam itu, jelas mengingatkan kembali pada tragedi yang hingga kini masih penuh misteri itu.
"Sampai sekarang saya juga tidak tahu, kenapa sebagian dari kami dilepas dan sebagian lagi tidak. Ini akan menjadi mimpi buruk yang terus ada. Cerita tentang orang hilang seperti pe-er yang nggak selesai," tutur Nezar seraya menambahkan seloroh bahwa dirinya cemburu karena Leila telah menuliskan kisah itu lebih dulu. "Tapi, kalau yang nulis orang lain memang bisa ada bumbu-bumbu yang nggak bisa kami tulis sendiri, seperti soal percintaan itu," sambungnya.
Selain dihadiri oleh sejumlah pemain dalam film pendek 'Laut Bercerita', acara peluncuran novel tersebut juga mengundang para aktivis korban penculikan 1998, dan keluarga aktivis yang hingga kini belum kembali. Cuaca Jakarta yang sedang buruk ternyata tak menyurutkan minat para undangan untuk menghadiri acara tersebut. Sehingga Leila sebagai "yang punya hajat" tak bisa menyembunyikan rasa haru dan bahagianya. Lebih-lebih acara peluncuran novel terbarunya malam itu sekaligus menandai masa purnatugasnya dari majalah tempatnya bekerja, dan bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
Leila S Chudori lahir di Jakarta, 12 Desember 1962. Menempuh pendidikan di Trent University, Kanada, Leila kemudian dikenal sebagai cerpenis, wartawan, dan kritikus film. Sebelum 'Laut Bercerita', Leila telah menerbitkan dua buku kumpulan cerpen yakni 'Malam Terakhir' dan '9 untuk Nadira', serta novel berjudul 'Pulang'. Novel 'Pulang' telah diterjemahkan di Eropa dan Amerika Serikat.
Saksikan video 20detik untuk mengetahui film pendek 'Laut Bercerita' di sini:
(mmu/srs)