Biografi ini disusun dan ditulis oleh arsitek Setiadi Sopandi dan disunting Avianti Armand. Friedrich Silaban adalah generasi awal di Indonesia. Lahir di Sumatera Utara pada 16 Desember 1912 silam, ia menerima anugerah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil berupa Bintang Jasa Utama dari pemerintah atas prestasinya dalam merancang pembangunan Masjid Istiqlal.
Selain Istiqlal, peninggalan Silaban hadir di sekitar 700 bangunan penjuru Tanah Air, di antaranya Stadion Gelora Bung Karno, Monumen Pembebasan Irian Barat, Monumen Nasional atau Tugu Monas, Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata, hingga Tugu Khatulistiwa di Pontianak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arsitek Setiadi Sopandi mengatakan fokus utama biografi ini menempatkan karier dan karya-karya Friedrich Silaban pada konteksnya.
"Termasuk menempatkannya pada perkembangan wacana arsitektur dan budaya sepanjang abad ke-20. Buku ini hadir berupaya memahami berbagai tantangan, kesulitan, dan kesempatan yang ada di jenjang karier Silaban dari masa kolonial, awal kemerdekaan sampai masa Orde Baru," tutur Setiadi dalam keterangan yang diterima, Jumat (16/6/2017).
Baca juga: Merayakan 77 Tahun Sapardi Djoko Damono |
Buku setebal 548 halaman itu merupakan salah satu puncak pendokumentasian dan penelitian yang dilakukan oleh Setiadi Sopandi. "Upaya ini dilakukan agar berbagai peninggalan arsitektural–gedung dan monumen–dapat dikenal, dipahami, diapresiasi, dikenang, dan dilestarikan dengan semestinya."
Buku biografi yang berjudul 'Friedrich Silaban' dibanderol dengan harga Rp 980 ribu. Bukunya sudah tersedia di toko buku mulai Mei lalu.
(tia/dar)