Jika Anda bertanya, apa sih manfaat Indonesia mengikuti sebuah pameran buku internasional, jawabannya adalah agar karya-karya anak bangsa juga bisa diterbitkan negara-negara luar.
Untuk menyebut beberapa contoh, London Book Fair, Bologna Children's Book Fair, BookExpo America, Beijing Book Fair, dan Frankfurt Book Fair adalah pameran-pameran buku terbesar di panggung internasional. Di ajang-ajang tersebut, para penulis, ilustrator, penerbit, agen, pustakawan, pengelola toko buku, sampai produser TV & film, berkumpul untuk melakukan transaksi hak cipta, mengembangkan lini bisnis baru, serta mendiskusikan berbagai tren di dunia literasi anak dan remaja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada setiap hari pameran, buku-buku ini akan dikenalkan kepada para literary agent dan penerbit asing dengan tujuan agar dapat diterbitkan oleh para penerbit asing tersebut dalam bahasanya masing-masing, sehingga buku anak-anak Indonesia dan kekayaan cerita rakayat Indonesia dapat dikenal di dunia internasional," ujar Siti Gretiani, Kordinator Promosi Literasi dari Komite Buku Nasional (KBN).
Tahun lalu (2016) ada 33 judul buku karya anak Indonesia yang hak ciptanya berhasil dijual ke mancanegara melalui pameran ini.
Baca juga: Upaya Menginternasionalkan Dongeng Indonesia ke Mancanegara
"Harapan kami tentu saja ke depannya semakin banyak buku Indonesia yang diterbitkan di luar negeri. Tidak cuma buku, tapi juga ilustrator dan komikus, karena Indonesia punya konten buku anak, ilustrasi, dan komik yang cukup kuat," timpal ketua KBN, Laura Prinsloo, kepada detikcom.
Foto: Andi Sururi |
Ia mengatakan, mungkin tidak terlalu banyak yang tahu kalau cukup banyak ilustrator dan desainer Indonesia yang pernah direkrut studio-studio besar dunia. Caravan Indonesia, misalnya, ilustrator mereka dikontrak oleh komik The Avengers.
"Jadi, kami menyeleksi betul karya-karya yang dibawa ke sini (Bologna). Dari sekitar 40 ribu judul buku Indonesia yang terbit dalam satu tahun, kami mengkurasinya berdasarkan pengalaman, kekuatan kita, dan pasar internasional," tukas Laura.
"Pasar Eropa misalnya, tertarik dengan buku bertama Islam. Mungkin karena di sana semakin banyak imigran muslim, dan mereka mungkin melihat Islam di Indonesia berbeda dengan yang di Timur Tengah. (Studio Hollywood) Pixar juga sedang mencari cerita-cerita rakyat (folklor) dari Asia, dan tempo hari mereka menanyakan kepada kami. Padahal kita tahu, Indonesia punya begitu banyak cerita rakyat.
"Kalau pasar Asia, mereka cenderung berminat pada buku-buku nonfiksi, pendidikan, self-motivation, dan pembentukan karakter. Jadi, masing-masing genre buku anak punya peluang yang signifikan. Itu sebabnya kami harus membawa buku-buku yang pas ke sini."
KBN, yang dibantu oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Paris, karena keterbatasan anggaran kali ini tidak ikut memberangkatkan ilustrator, namun akan ada yang datang atas inisiatif (biaya) sendiri. Sang ilustrator akan mendemonstrasikan keterampilannya kepada publik pameran.
"Setiap demo ditonton banyak orang. Bahkan di 2016, ada yang langsung membeli gambar ilustrator kita di tempat, per lembar 50 euro," ujar Laura sambil tersenyum.
Semoga sukses ya.
Foto: Andi Sururi |












































Foto: Andi Sururi
Foto: Andi Sururi