Ketua dewan juri Man Booker Prize, Amanda Foreman, mengatakan novelnya berhasil mengeluarkan isi perut dari setiap tabu sosial. "The Sellout berhasil mengalahkan lima novel lainnya dan dewan juri membutuhkan waktu selama empat jam lamanya untuk mencapai keputusan bulat," katanya, dilansir dari BBC, Rabu (26/10/2016).
Novelnya menceritakan tentang seorang pemuda berkulit hitam yang mencoba untuk mengembalikan perbudakan dan segregrasi (pemisahan satu golongan dengan golongan lainnya) di pinggiran kota Los Angeles. Novel 'The Sellout', lanjut Foreman, mengingatkan akan karya dari Jonathan Swift atau Mark Twain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat menerima hadiah dari Duchess of Cornwall, Beatty mengaku kewalahan dengan emosi dan berjuang untuk kata-kata saat memulai pidatonya. "Sebenarnya saya benci menulis. Ini adalah buku yang sulit dan sulit bagi saya untuk menulis. Aku tahu kalian sulit untuk membacanya dan semua orang datang dari sudut yang berbeda," pungkas Foreman.
Selain Beatty, daftar pendek Man Booker Prize juga diberikan kepada Deborah Levy (Inggris) dengan 'Hot Milk', Graeme Macrae Burnet (Inggris) 'His Bloody Project', Ottessa Moshfegh (Amerika Serikat) dengan 'Eileen', David Szalay (Kanada-Inggris) 'All That Man Is', dan Madeleine Thien (Kanada) 'Do Not Say We Have Nothing'.
(tia/dar)











































