Cerita Elizabeth D.Inandiak Tulis 'Babad Ngalor Ngidul' dalam Bahasa Prancis

Cerita Elizabeth D.Inandiak Tulis 'Babad Ngalor Ngidul' dalam Bahasa Prancis

Tia Agnes - detikHot
Senin, 06 Jun 2016 12:25 WIB
Foto: Tia Agnes/ detikHOT
Jakarta - Ada cerita tersendiri ketika pengarang Elizabeth D.Inandiak menuliskan novel 'Babad Ngalor Ngidul'. Awalnya, ia menulisnya dalam bahasa negara asalnya, yakni Prancis, tapi seketika perempuan yang akrab disapa Eli itu berubah pikiran.

"Baru 100 halaman, saya berhenti menulis. Ini salah, seharusnya saya tidak menuliskan dalam bahasa Prancis, seharusnya Indonesia. Kata-kata itu yang terus muncul di pikiran saya," ungkapnya dalam bincang-bincang 'Babad Ngalor Ngidul' di auditorium IFI Jakarta, akhir pekan lalu.

Karena pikiran tersebut, Eli tidak jadi menuliskan buku terbarunya tersebut. "Setelah jeda beberapa waktu, muncullah ide untuk memberi judul 'Babad Ngalor Ngidul', dan mulai ada haluan atau arah yang jelas dari kisah yang mau saya tuliskan," tandasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga: Mitos Gunung Merapi dan Laut Selatan di 'Babad Ngalor Ngidul'

Kata 'Ngalor Ngidul' itu pun didapatkan Eli dari perbincangannya bersama dengan perupa Heri Dono. Sejak buku 'Beringin Putih', Eli sudah bekerja sama dengan seniman nyentrik asal Yogyakarta tersebut.

"Heri Dono yang membuat ilustrasi dari buku saya setelah Serat Centhini dan nama itu didapatkan ketika kami mendaki Gunung Merapi bareng-bareng. Ya, saya juga tahu arti kata ngalor ngidul dalam bahasa Jawa yang artinya tidak jelas juntrungannya," lanjut dia lagi.

Eli menjelaskan bahwa buku terbarunya yang dalam bahasa Prancis diartikan 'Tohu Bohu' ini, sebenarnya berawal dari cerita Pohon Gajah yang ia tulis pada Juni 1991, untuk menyambut kelahiran anaknya. Cerita ini pun berkembang sejak terjadinya letusan gunung Merapi di Jogja pada 2006. 'Babad Ngalor Ngidul' diterbitkan oleh Kepustakaan Gramedia Populer (KPG) dan sudah meluncur di pasaran.

(tia/mmu)

Hide Ads