Sebuah petualangan mencari jati diri, makna hidup, dan juga arti dari mencintai Illahi maupun sesama manusia. Pria yang akrab disapa GusCan itu memasukkan nafas tasawuf yang kental dalam karya-karyanya.
"Termasuk di novel Layla,kita akan diajak untuk mengenal arti dari hidup," ujar Marketing Communication PT Bentang Pustaka, Avicenna Nindya, dalam keterangan yang diterima, Senin (8/5/217).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca: Komik 'Si Juki' Kembali Hadir di Webtoon Indonesia
Di tengah-tengah proses belajarnya, Lail menghadapi dilema ketika dijodohkan orang tuanya dengan Kinasih, teman masa kecilnya. Hati Lail bimbang karena ia merasa belum siap untuk menikah. Lebih-lebih, Lail justru jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Layla.
"Dengan diterbitkannya Layla, Guscan berharap, dapat menyerukan kebijakan di tengah-tengah merebaknya kebencian dan juga kekerasan di masyarakat akhir-akhir ini," kata Avicenna Nindya.
Candra Malik dikenal tak hanya sebagai sastrawan tapi juga seniman. Novel 'Layla' merupakan buku ketiganya bersama Bentang Pustaka setelah sebelumnya menerbitkan 'Asal Muasal Pelukan' (2016) dan juga 'Mawar Hitam' (2015).
Baca Juga: Sastrawan Sufi Candra Malik Rilis Novel 'Mustika Naga' (tia/doc)