Cucu Presiden Soekarno Lirik K-Pop, Sayangkan Indonesia Belum Punya Politik Budaya

Cucu Presiden Soekarno Lirik K-Pop, Sayangkan Indonesia Belum Punya Politik Budaya

Atmi Ahsani Yusron - detikHot
Kamis, 15 Jun 2023 11:25 WIB
Cara Unik Nonton Konser K-Pop, Penontonnya di Dalam Mobil
(Foto: Dok. Hyundai) Ilustrasi konser K-Pop.
Jakarta -

Popularitas K-Pop di Indonesia selama dua dekade terakhir tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Semakin ke sini, gejolak Korean Wave di Indonesia semakin tinggi, ditandai dengah semakin laris-manisnya konser-konser K-Pop di Tanah Air hingga fanmeeting para aktor dan aktris yang kerap tampil di drama Korea.

Tingginya antusiasme masyarakat Indonesia terutama remaja dan anak-anak muda terhadap budaya Korea Selatan ini menggelitik anggota DPR RI Puti Guntur Sukarno. Cucu Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, tersebut menilai Korea Selatan telah sukses dalam membuat budaya populer mereka akbar.

"Korea bisa melakukan penetrasi (produk kebudayaan mereka ke Indonesia). Ini politik kebudayaan," komentar Puti Guntur Sukarno dalam Podcast Bung Karno Series yang tayang di kanal BKN PDI Perjuangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jalan politik kebudayaan itu sekarang ini kita (di Indonesia) nggak punya," lanjutnya.

Puti Guntur Sukarno memilih membandingkan kesuksesan Korean Wave dan K-Pop dengan kondisi di Indonesia saat ini lantaran ada banyak sekali anak-anak Indonesia yang terimbas K-Pop dan Korean Wave. Dia pun merasa ini merupakan hasil kerja keras dari pihak Korea Selatan sejak lama.

ADVERTISEMENT

Sehingga ada harapan darinya untuk Indonesia pada akhirnya bisa juga melakukan hal yang sama. Yakni melakukan politik kebudayaan seperti K-Pop, tidak terbatas dari tari-menari dan menyanyi, namun semua bidang sehingga bisa termanifestasikan ke dalam banyak bentuk.

Puti Guntur Sukarno saat bicara soal K-Pop sebagai politik kebudayaan.Puti Guntur Sukarno saat bicara soal K-Pop sebagai politik kebudayaan. Foto: dok. BKN PDI Perjuangan

"Tentu yang juga harus termaktub di dalamnya adalah nilai-nilai yang tercantum dalam payung besar Pancasila," lanjutnya.

Dalam obrolan yang sama, Puti Guntur Sukarno juga menyinggung soal pertunjukan Tonil yang dulu ditampilkan untuk melawan Belanda sekaligus menyadarkan rakyat. Dulu Tonil digunakan sebagai politik kebudayaan Bung Karno dalam menarik simpati masyarakat di Bengkulu ketika dia diasingkan di sana.

Saat itu, masyarakat Bengkulu tidak terlalu menerima Bung Karno. Sehingga dia pun melakukan pendekatan dengan membangun grup Tonil.

"Akhirnya menjadi pusat pusaran perhatian masyarakat dalam segala hal. Baik dalam bidang politik, kebudayan, maupun keagamaan. Bung Karno akhirnya menjadi guru bagi mereka semuanya. Jadi di satu sisi, jalan kebudayaaan Bung Karno lakukan. Tapi di satu sisi lain juga, Bung Karno punya ketertarikan. Politik kebudayaan Bung Karno (saat itu) juga sebagai bentuk misi pelawanan untuk membangun derajat perempuan," jelasnya.

(aay/mau)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads