Panggung Maestro Ke-2 Tampilkan Tari Golek Montro hingga Legong Keraton

Panggung Maestro Ke-2 Tampilkan Tari Golek Montro hingga Legong Keraton

Tia Agnes Astuti - detikHot
Rabu, 20 Des 2023 14:41 WIB
Panggung Maestro-II
Poster penyelenggaraan Panggung Maestro kedua. Foto: Panggung Maestro-II
Jakarta -

Panggung maestro kedua kembali diselenggarakan pada 21-22 Desember 2023 di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Sejumlah tari klasik hingga musik yang menjadi seni tradisi Tanah Air bakal dihadirkan di pagelaran kali ini.

Dewan Artistik Panggung Maestro, Sulistyo Tirtokusumo mengatakan Panggung Maestro kali ini mempertemukan para penari yang berusia di atas 70 tahun hingga ada yang sudah melebihi 90 tahun namun masih berkarya.

"Lama rentang waktu yang dijalani di bidangnya bukan main-main. Konsep wiraga, wirama serta wirasa sudah jauh dilampauinya, dan yang mampu ada dan selalu ada adalah 'kasunyatan; yang senantiasa bersemayam di dalam tubuhnya, dan itulah sejatinya sang Maestro," katanya kepada detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Panggung Maestro yang akan hadir kedua kalinya di Gedung Kesenian Jakarta adalah salah satu bentuk penghargaan.

"Kami berharap dengan tumbuhnya apresiasi terhadap para maestro akan tumbuh pula semangat dan upaya kita untuk meneruskan kiprah mereka dalam menjaga, merawat, dan mengembangkan kesenian tradisional Indonesia dengan kecerdasan dan kreativitas yang tak terbatas, sehingga akan menjadi aset hidup kebudayaan," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Di Panggung Maestro kedua ada pagelaran tari Golek Montro dari Surakarta, Jawa Tengah, Tari Legong Keraton dari Karangasem, Bali, dan tari Pakkarena Bura'ne Kasuwiang, Pagandarang, dan Keso-keso dari Gowa, Sulawesi Selatan.

Dewan Artistik Panggung Maestro lainnya, Endo Suanda mengatakan Panggung Maestro adalah sebuah pernyataan (bukan pengukuhan) penghormatan kepada para seniman yang telah mengalirkan energi seni-budaya yang didapat dari para pendahulunya kepada kita generasi penerusnya.

"Energi adalah daya hidup, semacam sukma, bukan benda mati. Tapi sukma hanya ada jika raga terjaga. Pernyataan ini adalah niat, semacam janji, untuk kita menjadi pewaris aktif dengan memelihara dan memupuk energi itu, hingga akan lahir buah dan biji yang membekali pertumbuhan budaya seterusnya," pungkasnya.




(tia/dar)

Hide Ads