Venice Art Biennale dikenal sebagai pameran seni dua tahunan yang bergengsi sekaligus tertua di dunia. Setiap seniman yang pernah memajang karyanya dalam perhelatan akbar Venice Art Biennale, namanya kian diperhitungkan.
Sayangnya ketika Israel dan Palestina terus berkonflik, berdampak kepada berbagai hal. Israel yang terus menyerang Gaza menyusul serangan kelompok militan Hamas sejak awal bulan ini, berdampak kepada Paviliun Palestina yang dibatalkan pihak Venice Art Biennale untuk tahun 2024.
Dilansir dari ArtNews, Paviliun Palestina telah mengusulkan konsep hingga seniman yang bakal memajang karyanya namun ditolak pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan Paviliun Israel yang memboyong seniman Ruth Patir dan kurator Mira Lapidot dan Tamar Margalit tetap bakal sesuai rencana. Rancangan Paviliun Israel tidak ditolak penyelenggara Venice Art Biennale.
Direktur Museum Palestina AS yang bermarkas di Connecticut mengatakan lembaga tersebut tidak akan kembali menghadiri pameran seni yang digelar di Venesia, Italia.
"Pada 2022, kami menampilkan From Palestine with Art, ditetapkan sebagai acara tambahan yang berarti pertunjukan telah disetujui pihak Biennale sebagai presentasi resmi tapi tidak dibuatkan sebagai paviliun nasional," ungkapnya.
Situasi geopolitik yang terjadi di dunia sering berdampak kepada penyelenggaraan Venice Art Biennale. Pada 2022, setelah invasi ke Ukraina, Rusia dilarang membuka paviliunnya.
Venice Art Biennale tetap menampilkan Paviliun Ukraina dan memboyong para senimannya.
Sementara itu, seniman dan kurator Paviliun Israel dalam wawancara kepada ArtNews mengungkapkan rasa prihatinnya akan kondisi peperangan antara Israel dan Hamas.
"Setelah keadaan awal yang mengejutkan dan putus asa yang membuat kami lumpuh, dalam beberapa hari terakhir kami mulai bergulat dengan pertanyaan yang Anda ajukan-bagaimana kami dapat bergerak maju, dan terus membuat karya seni serta merencanakan pameran untuk Paviliun Israel di Israel. masa-masa kelam ini. Namun kami berpegang teguh pada keyakinan bahwa harus ada ruang bagi seni, kebebasan berekspresi dan berkreasi, di tengah segala hal yang terjadi. Inilah hal yang memberi kita harapan saat ini," pungkasnya.
(tia/dar)