Kepergian Djoko Pekik membawa duka yang mendalam bagi dunia seni Tanah Air. Pelukis senior kelahiran Januari 1937 meninggal dunia hari ini di usia yang menginjak 86 tahun.
Selama perjalanan kariernya, Djoko Pekik terkenal dengan seri lukisan Berburu Celeng yang menggambarkan keadaan para pemimpin Indonesia di masa Orde Baru. Dia juga dikenal sebagai seniman Lekra sehingga membuat dirinya mendekam di penjara tanpa diadili.
Djoko Pekik dikenal dengan gaya realis-ekspresif dan dibumbui nilai-nilai kerakyatan. Semasa aktif di Sanggar Bumi Tarung, lukisan yang dihasilkan olehnya merupakan karya yang terinspirasi setelah melakukan Aksi Turun Ke Bawah (Turba) ke kawasan-kawasan miskin dan terhisap.
Djoko Pekik merupakan seniman Bumi Tarung yang ditangkap polisi pada 8 November 1965 karena dianggap berhubungan dengan Lekra.
Saat ditemui detikHOT di pameran tunggal Djoko Pekik bertajuk Zaman Edan Kesurupan di Galeri Nasional Indonesia pada Oktober 2013, dia mengatakan sudah menyukai dunia seni sampai ke dasar jiwanya.
"Saya ini aslinya bukan pematung namun tukang gambar. Tapi terus belajar dan akhirnya saya senang juga," kata Djoko Pekik.
Saat itu, secara khusus Djoko Pekik membuat 3 patung terbaru yakni Berburu Celeng yang diambil dari seri lukisan pada 1998, Berburu Pekik sebagai simbol kontemplasi diri, dan Memanah Matahari sebagai luapan kegembiraan usai bebas dari penjara.
Djoko Pekik menceritakan dulunya ia pernah masuk ke dalam kamp, dipenjara, disiksa sampai berdarah-darah.
"Dulu saya pernah masuk kamp, disiksa dan diinjak oleh sesama manusia sampai pengorbanan berdarah-darah. Yang saya lihat hanya gelap dan dingin. Itu paling kejam bagi manusia hidup. Begitu bebas, saking gembiranya, matahari pun akan saya panah," ujar Pekik.
"Saya ingat betul bagaimana rasanya gelap di penjara, kedinginan, kelaparan, disuruh jalan jongkok dengan kepala diinjak, punggung bengkak, badan semua berdarah. Sengsara sekali," kata Djoko Pekik.
Masa kelam itu terjadi pada 8 november 1965 dan mendekam selama 7 tahun lamanya, tanpa tahu dimana letak kesalahannya. Dia meyakini bukan seorang komunis apalagi bagian dari PKI. Baru pada 1972, ia bebas dari penjara namun hak politiknya dicabut, kartu tanpa pengenalnya ditandai sebagai eks tapol.
Baca juga: Pelukis Senior Djoko Pekik Meninggal Dunia |
Lambat laun, untuk menyambung hidup ia menjadi tukang jahit kecil-kecilan di Wirobrajan, Yogyakarta. Di sela aktivitasnya, ia tetap melukis dan berkarya. Melukis adalah jiwa seninya yang tetap hidup.
Kini, salah satu seniman kenamaan Indonesia berpulang, kita kehilangan sosoknya yang sederhana di antara serba industri kapital. Djoko Pekik membuktikan dendamnya di masa lampau menjadi karya seni yang bernilai miliaran rupiah.
Selamat jalan, Djoko Pekik...
Simak Video "Djoko Pekik, Pelukis Senior Yogyakarta yang Pernah Dibui"
(tia/dar)