5 Fakta Nano Riantiarno, Pendiri Teater Koma yang Melegenda

5 Fakta Nano Riantiarno, Pendiri Teater Koma yang Melegenda

Tia Agnes Astuti - detikHot
Kamis, 08 Jun 2023 14:25 WIB
Pendiri Teater Koma Nano Riantiarno
5 fakta soal Nano Riantiarno, pendiri Teater Koma yang melegenda. Foto: Tia Agnes/ detikHOT
Jakarta -

Tanggal 6 Juni diperingati sebagai hari kelahiran dari Nobertus Riantiarno atau akrab dikenal dengan Nano Riantiarno. Pria kelahiran Cirebon pada 1949 dikenal sebagai aktor, sutradara, penulis naskah hingga pendiri dari Teater Koma.

Kiprahnya dalam dunia seni peran tak diragukan lagi. Dia menjadi tokoh teater Indonesia yang tak henti mempopulerkan panggung seni pertunjukan sampai ke mancanegara.

Kepergian Nano Riantiarno pada 20 Januari 2023 di usia 73 tahun membuat duka yang mendalam bagi pencinta teater Indonesia. Nano Riantiarno menjadi sosok langka dan tak tergantikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenang kehadiran sosok Nano Riantiarno, berikut 5 fakta tentangnya seperti dirangkum detikcom.

1. Awal Karier

Sejak 1965 di Cirebon, Nano Riantiarno sudah aktif bermain teater. Setelah tamat dua tahun berikutnya, ia melanjutkan kuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia.

ADVERTISEMENT

Pada 1971, ia masuk ke Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta lalu bergabung dengan Teguh Karya. Dia pun aktif di Teater Populer.

Pada 1 Maret 1977, Nano Riantiarno bersama istri dan tokoh lainnya mendirikan Teater Koma yang eksis menggelar pertunjukan setiap tahun sampai sekarang. Sebagian besar naskah dan penyutradaraan dilakukan oleh Nano dan istrinya, Ratna Riantiarno, menjadi produser pementasan.

2. Keliling Dunia Demi Teater

Tak puas belajar teater di dalam negeri lewat teater rakyat dan kesenian tradisi, Nano Riantiarno mulai ke luar negeri. Dia berkeliling Jepang atas undangan Japan Foundation pada 1987 dan 1997.

Pada 1978, Nano mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, AS, selama 6 bulan. Pada 1987, ia diundang sebagai peserta pada International Word Festival, 1987 di Australia National University, Canberra, Australia.

Setahun berikutnya, Nano diundang ke New Order Seminar, 1988, di tempat yang sama di Australia. Pada 1996, menjadi partisipan aktif pada Session 340, Salzburg Seminar di Austria.

Selain itu, ayah dua anak itu pernah mengunjungi negara-negara Skandinavia, Inggris, Prancis, Belanda, Italia, Afrika Utara, Turki, Yunani, Spanyol, Jerman dan Tiongkok, 1986-1999.

3. Penulis Novel

Nano Riantiarno juga dikenal sebagai penulis novel. Di antaranya Percintaan Senja, Cermin Merah, Cermin Bening hingga Cermin Cinta yang diterbitkan Grasindo. Pada 2005, ia juga menulis roman Primadona dan kumpulan cerpen dan novelet berjudul Fiksi di Ranjang Bayi.

4. Larangan Pentas

Nano Riantiarno juga pernah mendapatkan ancaman untuk mementaskan karyanya. Beberapa karyanya bersama Teater Koma, batal pentas karena masalah perizinan dengan pihak yang berwajib. Di antaranya Maaf.Maaf.Maaf. (1978), Sampek Engtay (1989) di Medan, Sumatera Utara, Suksesi, dan Opera Kecoa (1990), keduanya di Jakarta.

Gara-gara pelarangan tersebut, rencana pementasan Opera Kecoa di empat kota di Jepang (Tokyo, Osaka, Fukuoka, Hiroshima), 1991, batal digelar pula karena alasan yang serupa.

5. Kunci Sebagai Sutradara

Teater Koma mampu bertahan selama empat dekade dan melawan segala rintangan. Apa saja kuncinya?

"Dulu sebagai sutradara saya sangat tidak sabar, apalagi di 10 tahun pertama. Tapi 24 tahun ke belakang, saya menjadi orang yang paling sabar, mendengarkan apa yang dilakoni aktor, memahami, dan mencoba untuk menikmatinya," ungkap Nano Riantiarno.

"Kesabaran itu adalah yang tidak dipunya sutradara lain," sambungnya lagi.




(tia/pus)

Hide Ads