A Bucket of Beetles Karya Papermoon Puppet Theatre 'Pulang Kampung' ke Yogyakarta

Sukses menyelenggarakan pertunjukan A Bucket of Beetles di Jakarta pada Maret lalu, Papermoon Puppet Theatre memulangkan karyanya. Pementasan teater boneka yang semula dipentaskan di Yokohama, Jepang, pada Februari 2020, akhirnya pulang kampung ke Yogyakarta.

Saat itu, Papermoon Puppet Theatre menjalani residensi di Yokohama dan sempat menggelar pertunjukannya di sana. Saat pandemi mewabah di Agustus 2020, karyanya berubah format menjadi sinematik.

Dalam bentuk sinematik, A Bucket of Beetles berkelana keliling dunia dan diputar di berbagai festival internasional seperti Kanada, Polandia, New Zealand, Australia, dan sebagainya.

Menurut keterangan Direktur Artistik Papermoon Puppet Theatre yang juga sutradara, Maria Tri Sulistyani, karya ini terinspirasi dari ide anak sulungnya, Lunang Pramusesa.

"Karya ini terinspirasi dari ide Lunang Pramusesa, seorang anak yang pada saat berusia 4 tahun memiliki ketertarikan besar pada kehidupan serangga. Semua desain boneka serangga yang digunakan dalam pementasan ini berangkat dari gambar yang dibuat olehnya," kata Maria kepada detikcom.

Melalui pementasan A Bucket of Beetles, Maria menegaskan karya Papermoon Puppet Theatre tak melulu berbicara mengenai isu lingkungan namun ingin menggarisbawahi bagaimana anak perlu mendapat kesempatan menonton karya pertunjukan yang didedikasikan untuk mereka.

"Kurangnya kesempatan para penonton anak untuk bisa mendapatkan kesempatan menonton pertunjukan yang berkualitas, mendorong Papermoon Puppet Theatre untuk membuat karya yang didedikasikan untuk penonton anak dan dewasa," ungkapnya.

A Bucket Of Beetles bercerita tentang persahabatan antara Wehea, seorang anak kecil yang tinggal di sebuah hutan hujan tropis, dengan makhluk-makhluk yang tinggal di hutan tersebut, dan salah satunya serangga. Wehea adalah sosok anak yang sangat menyayangi apapun yang tinggal di hutannya. Hingga suatu saat, perjumpaannya dengan seekor kumbang badak istimewa, telah mengantarkannya pada sebuah perjalanan yang tak terduga. Sang kumbang yang gemar mengejar cahaya, tanpa diduga adalah ia yang menyelamatkan hidup Wehea.

Pertunjukan berlangsung di IFI Yogyakarta pada 9-10 Juni 2023 pukul 16.00 dan 20.00 WIB. Lalu pada 11 Juni pukul 11.00 dan 15.00 WIB. Tiketnya dibanderol Rp 150 ribu.