Indonesia terkenal dengan tarian tradisionalnya dan hampir setiap daerah memilikinya. Sebut saja tari piring dari Sumatera Barat, tari kecak dari Bali, dan tarian khas lainnya yang melambangkan suatu daerah.
Sama seperti daerah lainnya, Nusa Tenggara Timur (NTT) juga memiliki satu tarian tradisional yang dinamakan tarian bidu. Tarian ini merupakan tarian dasar yang bisa dipakai ke dalam banyak konteks acara mulai dari penerimaan tamu hingga mencari jodoh.
Koordinator Sanggar Sandalwood, Bitan mengatakan tarian bidu adalah tarian tradisional yang sudah diwariskan nenek moyang kepada masyarakat NTT. Tarian ini juga biasanya digunakan untuk menyambut tamu dengan suka cita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi diajak untuk bersama-sama menari, ini sebagaimana kita ritual menerima tamu dengan suka cita. Jadi tarian bidu itu melambangkan tarian yang sukacita, menerima tamu, atau syukuran yang diadakan," kata Bitan kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Tak hanya untuk penerimaan tamu saja, tari bidu juga dipakai untuk ritual keagamaan, pentas hiburan dan beberapa acara lainnya termasuk mencari jodoh. Bitan menuturkan tari bidu bisa direpresentasikan dengan berbagai hal, karena sesungguhnya tari bidu merupakan tarian dasar.
"Orang di sini, tari bidu itu merupakan tarian biasa yang dipakai ke dalam banyak konteks acara, terserah kita mau konteksnya ke mana dulu, kalau misalkan mau jemput tamu yang jemput tamu, cari jodoh ya cari jodoh," imbuh Bitan.
Untuk tari bidu, biasanya diiringi oleh musik tradisional seperti jukulele, tambur, ukulele, atau alat musik tradisional lain yang mendukung untuk membuat musik itu tercipta. Bisa juga dikreasikan dengan gitar, biola dan sasando.
Soal jumlah penari, Bitan menyebutkan biasanya jumlah penari perempuannya lebih banyak dari penari laki-laki yaitu minimal 1-2 orang. Lain halnya ketika menari berpasangan, maka jumlah penari laki-lakinya disesuaikan.
Tari bidu pun bisa dilakukan di mana saja, tetapi ketika tarian dilakukan di rumah-rumah adat maka harus ada ritual yang dilakukan. Ritual itu dilakukan dengan memberikan seserahan berupa sirih pinang untuk meminta izin kepada leluhur.
Baca Selanjutnya >>>
Simak Video "Mengenal Syalisatul, Perempuan Visioner Pendiri Rumah Batik di Wawonii"
[Gambas:Video 20detik]