Nama Agus Djaya menjadi pionir seni lukis di Indonesia. Lahir pada 1 April 1913, kariernya sebagai seniman tidak terlepas dari nama Soekarno.
Pada masa pendudukan Jepang, Agus Djaya direkomendasikan oleh Bung Karno menjadi Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Seni Rupa. Berikut 5 fakta soal Agus Djaya dan karya-karyanya, seperti dirangkum detikcom:
1. Pendiri PERSAGI
Agus Djaya dikenal sebagai pendiri dari Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI). Ia mendirikannya setelah kembali ke Indonesia pada 1937.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PERSAGI merupakan organisasi seni pertama di Indonesia. Agus Djaya menjadi ketua PERSAGI sampai 1942. Dari organisasi tersebut, melahirkan banyak seniman yang namanya masih dikenal sampai sekarang.
2. Perwakilan Diplomasi Budaya
Dalam berbagai literatur disebutkan, selama empat tahun Agus Djaya dikirimkan untuk menjadi perwakilan Diplomasi Budaya. Dia ditugaskan untuk mendekati Belanda agar segera mengakui kedaulatan Indonesia.
Setelah misinya selesai, Agus Djaya kembali ke Indonesia pada 1950. Dia fokus ke bidang seni rupa lagi dan kembali berkarier.
3. Lukisan Pewayangan
Lukisan-lukisan Agus Djaya sangat khas. Misalnya saja dalam lukisan Kuda Kepang (1975), ia menampilkan warna merah dan humor yang juga terampil menangkap sisi lucu masyarakat.
Tema pewayangan juga disebut menarik perhatian Agus Djaya. Dalam karya-karyanya, ia kerap menggambarkan simbol objek pewayangan.
4. Berteman dengan Seniman Dunia
Agus Djaya disebut pernah melanglang buana ke berbagai negara di Eropa. Dia juga berteman dengan pelukis besar.
Di Madrid, Spanyol, Agus Djaya berteman dengan Salvador Dali. Di Paris, ia berkawan dengan Pablo Picasso dan bersama pematung Paris asal Polandia, Ossip Zadkine.
Di luar negeri, ia juga beberapa kali menggelar pameran tunggal misalnya seperti Stedelijk Museum (Amsterdam), Galerie Barbizon (Paris), Grand Prix des Beaux Art (Monaco), Biennale Sao Paulo (Brasil), dan International Art Gallery (Sydney).
Baca juga: 5 Fakta Lukisan Langka Raden Saleh |
5. Akhir Hayat
Pada 1955, Agus Djaya pindah tempat tinggal ke Bali dan mendirikan sebuah studio seni di Pantai Kuta, Bali.
Agus Djaya meninggal di Jakarta pada 24 April 1994 setelah menerima Hadiah Seni dari Pemerintah Indonesia.
(tia/wes)