Istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Eny Retno, diam-diam memiliki kemampuan dalam seni lukis. Karyanya turut dipampang dalam pameran seni rupa GoART Go to Solo di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Solo yang dilangsungkan pada 5-12 November 2021.
Sebagai perupa tamu, Eny menampilkan lukisan yang dibuat menggunakan cat air. Ada empat karya yang ditampilkan di Solo ini.
Uniknya, Eny ternyata baru mempelajari seni lukis sejak Oktober 2019. Namun dalam waktu dua tahun, dia sudah mampu menghasilkan karya yang tak bisa dipandang sebelah mata.
"Ini berawal saat saya sakit, nggak bisa banyak bergerak, cuma di tempat tidur. Dari situ saya mulai melukis," kata Eny dalam pembukaan pameran GoART di Solo, Jumat (5/11/2021).
Dia mengaku hanya belajar melukis secara otodidak. Kuliahnya pun jauh dari seni lukis, yakni di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Eny bercerita, suatu waktu hasil coretan tangannya dilihat oleh KH Mustofa Bisri dan diminta untuk melanjutkan. Merasa termotivasi, Eny pun terus berlatih dan semakin menekuni seni lukis sebagai hobi.
"Pertama dilihat Mbah Mus (Mustofa Bisri), saya disuruh melanjutkan. Ya akhirnya sampai sekarang sudah jadi passion, membuat saya ketagihan, sampai lupa waktu, lupa punya anak empat, lupa masak," candanya.
Adapun keempat lukisannya dalam pameran ini memiliki sama-sama mengambil obyek binatang. Antara lain bercerita tentang ayam, burung hantu, dan burung yang mencengkeram duri.
Dalam acara pembukaan, Eny juga sempat menyampaikan program utama Kementerian Agama, yaitu moderasi agama. Seni rupa dianggap salah satu media yang bisa digunakan untuk mensosialisasikan program tersebut.
"Seperti kemarin kita adakan lomba kaligrafi batik, bagaimana kita mengkombinasikan budaya dan agama. Pameran seni lukis maupun patung pasti menjadi media yang luar biasa, bagaimana menyampaikan tentang cinta, compassion (kasih sayang), respek," ungkapnya.
Sementara itu, ketua panitia pameran, Teguh Prihadi, menilai kehadiran Eny dalam pameran tersebut mampu menginspirasi para seniman dan masyarakat umum. Eny membuktikan bahwa tidak ada alasan seseorang untuk tidak berkarya.
"Beliau sangat menginspirasi, terutama bagi perupa perempuan. Tidak ada alasan sibuk, nggak bakat, nggak punya biaya, nggak punya teman. Beliau sangat sibuk dan bisa berkarya. Dan beliau mendobrak stigma, ternyata seni itu milik semua kalangan," kata Teguh.
Dia pun mengapresiasi karya Eny yang menurutnya memiliki kesulitan tinggi. Namun hanya dalam dua tahun, Eny dianggap sudah mampu menguasai cat air.
"Pilihannya menggunakan cat air dengan cara garap detail itu membutuhkan konsentrasi tinggi. Karena cat air itu nggak bisa diulang-ulang, sekali salah ya salah, penuh risiko. Beda dengan cat minyak yang bisa ditumpangi. Apalagi bagi seniman yang belum punya jam terbang tinggi, tapi Bu Eny sudah bisa mengendalikan cat air," jelasnya.
Terkait pameran GoART ini, Teguh mengatakan acara tersebut merupakan lanjutan pameran di Yogyakarta pertengahan 2021 kemarin. Selanjutnya, pameran akan berlanjut ke Surabaya.
"Ada sekitar 50 perupa dari Solo dan beberapa daerah lain dengan karya hampir 100 lukisan dan patung. Kali ini kami tidak mengambil tema tertentu. Tapi ini kebersamaan, dengan motivasi yang sama, berbicara cinta, semangat, damai, toleransi, Tuhan, termasuk kebersamaan di masa pandemi," tutupnya.
(bai/mau)