Untuk bayarannya? Joko Sunarno mengatakan, seiklasnya. Pihaknya tidak mematok bayaran karena ini adalah ngamen.
"Karena di alam yang serba sulit ini semua merasakan, masyarakat mencari kebutuhan hidup sehari-hari sulit. Maka kita sukarela," kata Joko Sunarno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Budaya ngamen itu sebenarnya simbah-simbah dulu sudah ada. Kalau jaman dulu, upahnya tidak rupiah (uang), punya jagung diberi jagung, punya gabah diberi gabah," lanjut dia.
Pihaknya berharap pandemi ini segera berakhir. Sehingga kehidupan kembali normal dan perekonomian bangkit kembali.
"Wayang kembali normal, InsyaAllah kami tidak akan ngamen. Tapi kalau masih begini yang kami lanjutkan ngamen dengan catatan kami serombongan ini tetap taat protokol kesehatan," harapnya.
![]() |
Ngamen kali ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya, beberapa hari kemarin ngamen di daerah Kabupaten Semarang dan di Boyolali. Selanjutnya, juga akan ngamen di Sragen, Karanganyar, Pemalang.
Sementara itu Ki Kasim menambahkan, rencana awal dirinya akan mengamen di lampu traffic light di Klaten. Belum dilaksanakan, ide itu disambut Ki Wartono dan mengumpulkan para dalang-dalang untuk diajak ngamen dari kampung ke kampung.
"Kondisi dalang saat ini, ya banyak yang jual aset wayang atau gamelan untuk membeli beras, untuk kebutuhan hidup sekitar 2 tahun ini," katanya.
Simak Video "Syarifa, Dalang Perempuan Wayang Potehi"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/tia)