Karya seni kerap menjadi ruang berekspresi sekaligus kritikan terhadap kondisi sosial dan politik di sebuah negara. Di Indonesia, menjamurnya mural di tengah masyarakat saat kondisi tak menentu akibat pandemi COVID-19 menjadi pembicaraan.
Beberapa mural penuh muatan kritik itu dihapus oleh aparat pemerintah. Mural teranyar adalah sosok pria yang digambarkan mirip dengan Presiden Jokowi dan matanya ditutupi oleh tulisan 404: Not Found di kawasan Batuceper, kota Tangerang, Banten, yang kini telah dihapus.
Mural lainnya yang dihapus berada di Bangil, kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Mural bergambar karakter dua ekor hewan yang menyerupai kucing itu dibubuhi tulisan 'Dipaksa Sehat di Negeri yang Sakit'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan alasan merusak ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, kreativitas itu 'ditiadakan' secara paksa.
Bagaimana dengan suara dari para seniman street art yang terbiasa menggambar di tembok-tembok kota mengenai peristiwa tersebut?
Darbotz yang terkenal dengan karakter monster KONG mengatakan penghapusan mural merupakan hal lumrah. "Gambar yang bagus dan nggak bermuatan politik aja sering dihapusin, apalagi yang kritik ke pemerintah. Berpendapat di mana pun pasti akan digubris pemerintah kalau berita itu viral di masyarakat," ucapnya ketika dihubungi detikcom, Senin (16/8/2021).
![]() |
Menurut Darbotz, ada dua hal yang harus dikritisi dari peristiwa penghapusan mural tersebut.
"Pertama, pemerintah harus bisa dikritik. Kedua, sudah tugas Satpol PP untuk menghapus coretan-coretan atau gambar-gambar. Yang pasti pelaku sampai dicari polisi itu yang berlebihan," sambungnya.
Street artist lainnya asal Tangerang, Robowobo yang juga kerap menggambar di jalanan menuturkan mural yang viral itu muncul akibat situasi pandemi, perekonomian yang sulit, aktivitas dibatasi, bantuan sosial (bansos) dikorupsi sampai politisi yang mencari muka untuk Pemilu.
Simak Video "Perempuan Peru Tampilkan Mural untuk Tradisi Budaya"
[Gambas:Video 20detik]