Soal Mural Jokowi: 404 Not Found, Begini Suara Seniman

Soal Mural Jokowi: 404 Not Found, Begini Suara Seniman

Tia Agnes - detikHot
Senin, 16 Agu 2021 14:30 WIB
Mural Jokowi 404: Not Found terpampang di dinding di Tangerang (dok.istimewa)
Foto: Mural 'Jokowi 404: Not Found' terpampang di dinding di Tangerang (dok.istimewa)
Jakarta -

Karya seni kerap menjadi ruang berekspresi sekaligus kritikan terhadap kondisi sosial dan politik di sebuah negara. Di Indonesia, menjamurnya mural di tengah masyarakat saat kondisi tak menentu akibat pandemi COVID-19 menjadi pembicaraan.

Beberapa mural penuh muatan kritik itu dihapus oleh aparat pemerintah. Mural teranyar adalah sosok pria yang digambarkan mirip dengan Presiden Jokowi dan matanya ditutupi oleh tulisan 404: Not Found di kawasan Batuceper, kota Tangerang, Banten, yang kini telah dihapus.

Mural lainnya yang dihapus berada di Bangil, kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Mural bergambar karakter dua ekor hewan yang menyerupai kucing itu dibubuhi tulisan 'Dipaksa Sehat di Negeri yang Sakit'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan alasan merusak ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, kreativitas itu 'ditiadakan' secara paksa.

Bagaimana dengan suara dari para seniman street art yang terbiasa menggambar di tembok-tembok kota mengenai peristiwa tersebut?

ADVERTISEMENT

Darbotz yang terkenal dengan karakter monster KONG mengatakan penghapusan mural merupakan hal lumrah. "Gambar yang bagus dan nggak bermuatan politik aja sering dihapusin, apalagi yang kritik ke pemerintah. Berpendapat di mana pun pasti akan digubris pemerintah kalau berita itu viral di masyarakat," ucapnya ketika dihubungi detikcom, Senin (16/8/2021).

Mural dan grafiti kontroversial yang viral setelah dihapus aparat. (Istimewa)Mural dan grafiti kontroversial yang viral setelah dihapus aparat. (Istimewa) Foto: Mural dan grafiti kontroversial yang viral setelah dihapus aparat. (Istimewa)

Menurut Darbotz, ada dua hal yang harus dikritisi dari peristiwa penghapusan mural tersebut.

"Pertama, pemerintah harus bisa dikritik. Kedua, sudah tugas Satpol PP untuk menghapus coretan-coretan atau gambar-gambar. Yang pasti pelaku sampai dicari polisi itu yang berlebihan," sambungnya.

Street artist lainnya asal Tangerang, Robowobo yang juga kerap menggambar di jalanan menuturkan mural yang viral itu muncul akibat situasi pandemi, perekonomian yang sulit, aktivitas dibatasi, bantuan sosial (bansos) dikorupsi sampai politisi yang mencari muka untuk Pemilu.

"Semua itu bikin masyarakat stres, ditambah mau berekspresi malah direpresi. Pemerintah sekarang sedang menjaga stabilitas keamanan cuma ya kebablasan," kata Robowobo.

Bahkan perdebatan mengenai street art dan grafiti yang selalu dianggap vandalisme, menurut dia tak ada bedanya dengan poster, spanduk, banner produk atau politisi yang ada di setiap sudut kota.

"Bukankah itu vandal, merusak visual kota walaupun estetika seni setiap street artist atau warga berbeda tapi yang harus dihargai adalah semangat inisiatif dengan merespons lingkungan secara artistik meski menuai kritik," tambahnya.

Pegiat grafiti lainnya yang kerap dikenal dengan nama BC110 menambahkan mural itu adalah ekspresi di jalan namun sekarang isunya menjadi hal yang berbeda. "Sekarang jadi digoreng ke arah politik oleh beberapa oknum dan dipaksakan untuk menggiring opini tertentu dengan berbagai narasi an pemberitaan di media sosial, media, atau siapapun dari berbagai forum," katanya kepada detikcom.

viral mural di pasuruan dihapusviral mural di pasuruan dihapus Foto: Dok. Didik

"Sejak dahulu teman-teman gambar di jalan, tiban meniban karya jadi suatu hal yang biasa, diblok sama Satpol PP juga ikhlas tapi sekarang malah dipolitisir bahkan sampai dikriminalisasi," tegas BC110.

Bagaimana komentar pembaca detikcom terkait penghapusan mural-mural yang marak terjadi belakangan ini?



Simak Video "Perempuan Peru Tampilkan Mural untuk Tradisi Budaya"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads