Goethe-Institut memprakarsai empat pameran seni yang diselenggarakan oleh empat lembaga di dunia. Proyek berjudul Collecting Entanglements and Embodied Histories dibuka mulai pertengahan tahun ini sampai 2022 mendatang.
Proyek jangka panjang yang memungkinkan adanya pertemuan, pertukaran gagasan, wacana, dan karya seni dari sejumlah lembaga yang terlibat. Mereka adalah Galeri Nasional Indonesia, MAIIAM Contemporary Art Museum, Nationalgalerie - Staatliche Museen zu Berlin, dan Singapore Art Museum (SAM).
Pameran seni yang berasal dari Chiang Mai, Singapura, Berlin dan Jakarta juga diprakarsai oleh Anna-Catharina Gebbers, Grace Samboh, Gridthiya Gaweewong, dan June Yap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proyek ini berangkat dari serangkaian percakapan dengan dan di antara para kurator yang bermula pada tahun 2017," ucap Direktur Goethe-Institut wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru, Stefan Dreyer, dalam keterangan pers yang diterima detikcom, Kamis (5/8/2021).
Goethe-Institut membuka ruang percakapan di antara keempat lembaga dan kurator agar proyek terus berlanjut.
"Kami melihat betapa pentingnya upaya penelusuran kembali kelindan sejarah yang berdampak terhadap proses pembangunan bangsa sembari merenungkan sangkut-pautnya dengan kenyataan hidup kita hari ini," sambungnya.
Mulai Agustus hingga Maret 2022, para pencinta seni bisa mengikuti program publik bulanan yang diampu kurator di YouTube dan Facebook setiap Kamis terakhir dalam sebulan.
Rangkaian pertama proyek adalah pameran seni berjudul ERRATA digelar di MAIIAM Contemporary Art Museum pada 30 Juli sampai 1 November 2021. Ada 100 karya seni dari 38 perupa dan 4 arsip yang ditampilkan.
Pameran seni kedua digelar di Singapore Art Museum berjudul The Gift pada 20 Agustus sampai 7 November 2021.
![]() |
Selanjutnya pameran seni ketiga berjudul Nation, Narration, Narcocis pada 4 November 2021 - 3 Juli 2022. Eksibisi ini mengeksplorasi hubungan di antara bentuk seni yang kriti seperti seni pertunjukan, media berbasis waktu, dan karya seni instalasi.
Lebih dari 50 karya seniman dan arsip berbagai gerakan para penggagas kolektif budaya. Pameran keempat dibuka di Galeri Nasional Indonesia pada 28 Januari sampai 28 Februari 2022 yang mengusung tema Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak.
Grace Samboh mengatakan Galeri Nasional Indonesia yang menjadi tuan rumah bagi 1898 karya seni.
"Baru dalam tujuh tahun terakhir Galnas mulai memasang koleksinya
dalam galeri permanen. Minat saya sebagai kurator sederhana saja. Saya ingin memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada dan melihat bagaimana negara menyapa masyarakat serta pekerja seni," pungkasnya.
(tia/dal)