Ketua MPR Bambang Soesatyo membuka pameran lukisan 'Semar Ngruwat Jagad' karya Sohieb Toyaroja di Restoran Galeri Kunstkring, Menteng, Jakarta. Menurutnya karya tersebut adalah penegasan atas konsistensi dan kesetiaannya untuk memotret realita sosial dalam perspektif spiritualitas.
"Karya-karya lukisan yang dipamerkan adalah manifestasi dari ekspresi seni dan aktualisasi ide dan gagasan Sohieb Toyaroja dalam memandang dunia," ujar Bamsoet dalam keterangannya Rabu (26/5/2021).
Bamsoet menjelaskan eksistensi Sohieb sebagai seniman lukis beraliran realis-ekspresif Indonesia ditegaskan dengan ciri guratan full palet pada media kanvas, yang menyiratkan pesan mendalam dan muatan spiritual yang kental. Menurutnya pameran lukisan tersebut juga melengkapi kesuksesan beberapa pameran Sohieb sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pameran yang dimaksud, antara lain The Name of Flowers (2010), Spiritual Journey (2016), 72 Tokoh dan 7 Presiden (2017), dan Ke-Diri (2018). Menurutnya kesuksesan penyelenggaraan pameran lukisan sebelumnya membuktikan karya Sohieb tidak sekedar diakui, tetapi juga mendapatkan apresiasi dan tempat istimewa di hati penikmat seni.
"Sebagaimana pada pameran bertajuk Ke-Diri, sosok Semar juga diangkat sebagai tokoh sentral pada pameran 'Semar Ngruwat Jagad'. Dalam budaya Jawa, Semar dikenal sebagai sosok yang sangat kompleks dan multitafsir. Ia adalah representasi rakyat kecil yang mengabdikan diri dan menjadi pengasuh pimpinan negara. Di saat yang sama, secara hakikat ia adalah representasi dewa yang membumi dan berwujud manusia," jelasnya.
![]() |
Bamsoet menjelaskan meski Semar adalah sosok multitafsir, namun kehadirannya selalu merujuk pada satu muara, yakni keluhuran budi pekerti dan jatidiri. Di dunia perwayangan, Semar selalu menjadi faktor kunci dalam menghadirkan solusi atas krisis dan persoalan dan dengan keluhuran budi serta kemuliaannya, Semar senantiasa mampu memahami yang tersirat dibalik yang tersurat, serta peka membaca tanda-tanda zaman.
"Merujuk pada makna filosofi tokoh Semar tersebut, tema pameran lukisan 'Semar Ngruwat Jagad' ini menjadi relevan dengan kondisi yang kita hadapi saat ini, di saat kita dihadapkan pada pandemi COVID-19 yang telah menjadi wabah global yang berdampak pada segenap aspek kehidupan 7,7 miliar manusia penduduk dunia yang mengakibatkan 270-an juta jiwa positif COVID-19 dan menewaskan hampir 4 juta jiwa di seluruh dunia per Mei 2021 ini," lanjutnya.
Ia juga menyebut ritual ruwatan hakikatnya merupakan munajat dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, lahir dari kesadaran ada yang harus diperbaiki. Sehingga, pameran lukisan ini bisa menjadi stimulus bagi segenap pemangku kepentingan untuk mempertajam kepekaan spiritualitas batin masing-masing, serta memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki.
"Pameran ini akan memberikan kesan mendalam bagi siapapun yang menikmatinya. Sekaligus memberikan kesempatan bagi penikmat seni lukis untuk secara leluasa mengeksplorasi kekhasan identitas karya-karya Sohieb," lanjut dia.
Menurutnya untuk mendeskripsikan karya seni ke bahasa verbal bisa jadi tidak cukup mewakili sepenuhnya pesan yang disampaikan oleh bahasa visual. Dalam konsepsi ini, kedalaman makna lukisan terasa lebih komunikatif dalam menyampaikan pesan, dibandingkan deskripsi verbal yang memiliki keterbatasan rujukan.
"Memaknai dan mengapresiasi karya lukis pun demikian, sebuah lukisan akan menghadirkan beragam pemaknaan di benak kita, tergantung dari cara pandang kita masing-masing. Meskipun dapat dimaknai dengan berbagai persepsi dan asumsi, pada hakekatnya karya seni dilahirkan untuk satu tujuan, yaitu menyajikan kesan mendalam bagi penikmatnya," imbuhnya.
Sebagai informasi, turut hadir pula Duta Besar Kerajaan Belanda Lambertus Christian Grijns, Ketua Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila KPH. Japto Soelistyo Soerjosoemarno, serta Koordinator Pameran dari Arthemis Galeri Indonesia Scholastika Sastranegara.
(ega/ega)