Dalam Donga kali ini, kata Supadi, melakukan doa bersama agar selalu dihindarkan dari bencana apa pun di dunia ini. Kemudian, diberikan kesehatan dan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
"Kita doa bersama semoga selalu dihindarkan dari bencana, musibah apapun di dunia ini. Selalu mendapatkan kesehatan, keselamatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Sus Anggoro dari Pendhapa Sasana Pamardi Budaya menambahkan, rituasl budaya yang dilakukan para seniman ini merupakan keprihatinan terhadap kondisi saat ini.
![]() |
"Kondisi saat ini, COVID-19 baru mewabah di semua tempat, Gunung Merapi juga anget mau meletus. Keadaan Jakarta begitu ya disintegrasi bangsa, kebhinnekaan kita sebagai bangsa kita seolah-olah tercabik-cabik kelompok-kelompok tertentu yang ingin menunjukkan eksistensi dirinya dengan memandang rendah yang lain, benere dewe. Nah kita mencoba mengadakan ritual budaya, kalau dalam pewayangan Betari Durga kan punya prajurit jin, setan, ya seperti itu," kata Sus.
Larung sengkala, kata dia, dilakukan di Sungai Progo dari hulunya langsung ke laut selatan.
"Kita ritual budaya semua, kita kemas dalam bentuk ritual budaya, tadi semar sudah menundukkan prajurit dari Betari Durga terus kita larung di Sungai Progo. Karena Progo ini memang dari hulu langsung ke laut selatan. Harapannya, ini sudah lerem semuanya, keadaan Indonesia bisa tenang, tentram, masyarakat bisa dengan senang, dengan bahagia bisa menikmati keadaan sekarang," ujarnya.
Untuk wayang yang dilarung, katanya, dua-duanya merupakan gambar wayang setan.
"Wayang setan, dua-duanya gambar setan. Betari Durga itu memang dewanya setan-setan," tuturnya.
Pihaknya berharap setelah larung yang dilakukan ini pagebluk segera berakir. Kemudian, Gunung Merapi tidak anget lagi.
"Harapan pagebluk segera berakhir, Indonesia tentram, Jakarta tentram, Merapi yo rasido anget," pungkasnya.
Simak Video " Video: Melihat Patung Biawak di Wonosobo yang Viral gegara Mirip Asli"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/tia)