"Memang saya sengaja ikut ini (lathi challenge) biar orang penasaran. Kenapa sih kok aku kurang gawean melu-melu," ungkap Didik saat dihubungi wartawan, Rabu (24/6/2020).
Salah satu tujuannya yaitu dia ingin sharing pengetahuan. Agar generasi milenial tidak salah kaprah dalam menilai suatu budaya.
"Salah satu tujuan saya, saya akan sharing pengetahuan kepada generasi milenial supaya mereka tidak keliru menilai dan tidak asal menilai sesuatu yang sifatnya berkaitan dengan budaya Jawa," jelasnya.
"Kalau tidak tahu maksudnya ya belajar supaya tidak keliru itu tadi," kata dia menambahkan.
Dia menceritakan, awal ikut Lathi Challenge setelah diajak oleh salah satu manajemennya. Kesempatan itu tak disia-siakannya. Sebab, penari bernama asli Didik Hadiprayitno itu mengungkapkan bisa sekaligus sharing ilmu dalam makeup karakter.
"Setelah itu manajemen saya bilang ada Lathi Challenge lagi viral lalu mengajak untuk membuat dan kebetulan koleksi topeng saya kan banyak dan saya dosen make up karakter dan lihat di Lathi Challenge itu semuanya make up horor. Jadi sekalian saya mau sharing edukasi tentang make up karakter," bebernya.
Lebih lanjut, dia menilai apa yang ditampilkan Weird Genius (WG) dalam lagu Lathi paralel dengan filosofi budaya Jepang yang dia pelajari. Oleh karena itu, dia lebih menonjokan
"Kalau saya, yang saya angkat adalah karena ini mirip dengan filosofi Jepang dimana wanita yang marah keluar sifat demon nya menakutkan. Yang dilakukan Weird Genius itu pararel dengan filosofi Jepang yang saya pelajari tahun 2000 tentang topeng Hannya dan topi Tsunokakushi," kata dia.
Dalam video itu, Didik mengenakan topeng Hannya. Topeng yang dia pakai menggambarkan ekspresi setan seorang wanita.
"Wanita kalau lagi cemburu, marah, dan sedih menjadi menakutkan, muncul tanduk dan taring itu kan simbolis. Wanita kalau menikah harus menyembunyikan tanduk, tanduk itu simbol kemarahan seorang wanita, itu kan filosofi yang dalam banget," terangnya.
"Itu saya lihat kok mirip dengan yang dibuat oleh WG kan bahwa waktu ceweknya sakit hati lalu ekspresinya ada yang menakutkan gitu, tapi saya tidak tahu apakah itu secara kebetulan sama dengan filosofi jepang," lanjutnya.
(tia/tia)