'Planet Sebuah Lament': Ode dari Melanesia

Review

'Planet Sebuah Lament': Ode dari Melanesia

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 17 Jan 2020 19:00 WIB
2.

'Planet Sebuah Lament' Kritik Isu Perubahan Iklim

Planet Sebuah Lament: Ode dari Melanesia
Foto: IMAGE DYNAMICS/ Istimewa

Upaya menjaga lingkungan ditampilkan sutradara dan penulis naskah Garin Nugroho dalam 'Planet Sebuah Lament'. Garin menyinggung persoalan bencana alam dan iklim yang semakin tak menentu di Indonesia.

"Ratapan ini dihidupkan dari lagu-lagu lament yang sudah kami kumpulkan. Kami ingin mengajak semua orang agar bersama dan bangkit dari keterpurukan setelah bencana alam melanda," ujar Garin ditemui di Teater Jakarta, kompleks TIM, Jakarta Pusat.

'Telur raksasa' yang dihadirkan di atas panggung disimbolkan sebagai kekuataan. Serta menggabungkan imaji dan kata yang ada di dalamnya.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Telur raksasa juga menjadi simbol sebuah kekuatan untuk menggabungkan imaji dan kata. Gerakan ritmik dari para penari ini akan diiringi musik yang digarap oleh tiga komposer muda, yaitu Septina Layan, Taufik Adam, dan Nursalim Yadi Anugerah.

Setelah film 'Kucumbu Tubuh Indahku' sampai 'Setan Jawa', Garin semakin mengukuhkan namanya di ranah seni. 'Planet Sebuah Lament' menjadi perayaan maupun ode (puisi lirik) dari budaya Melanesia serta tontonan menarik di awal 2020.

(tia/dar)
Hide Ads